Menghijau Lagi, IHSG Incar Penguatan 4 Hari Beruntun

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 March 2019 09:48
Menghijau Lagi, IHSG Incar Penguatan 4 Hari Beruntun
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,32% pada perdagangan pertama di pekan ini. Pada pukul 9:30 WIB, penguatan IHSG telah bertambah lebar menjadi 0,59% ke level 6.499,04. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka IHSG akan membukukan penguatan selama 4 hari beruntun.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,48%, indeks Shanghai naik 0,64%, indeks Hang Seng naik 0,55%, dan indeks Straits Times naik 0,33%.

Membuncahnya optimisme terkait damai dagang AS-China membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor. Xinhua News Agency pada hari Jumat (15/3/2019) melaporkan bahwa AS dan China telah membuat perkembangan yang konkret terkait penulisan kesepakatan dagang kedua negara, seperti dilansir dari South China Morning Post.

Xinhua yang merupakan media milik pemerintah China tersebut juga menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He berbicara dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada hari Kamis (14/3/2019) melalui sambungan telepon.

Dalam pidato di sidang tahunan parlemen China, Perdana Menteri Li Keqiang juga telah menegaskan bahwa pemerintah akan menerapkan aturan baru mengenai investasi.

Dalam aturan tersebut, China berkomitmen untuk melindungi investasi (termasuk asing) dan tidak akan mewajibkan transfer teknologi. Proses dan pelaksanaan investasi akan dibuat transparan sehingga menciptakan iklim yang nyaman bagi dunia usaha. Aturan ini sudah disahkan oleh parlemen dan akan mulai berlaku pada 1 Januari 2020.

Isu mengenai pemaksaan transfer teknologi ini sering dikeluhkan oleh Presiden AS Donald Trump. Bahkan, Trump menyebutnya sebagai pelanggaran atas hak kekayaan intelektual.

Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar kedua negara terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Di China misalnya, belum lama ini ekspor periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.

Kemudian, penjualan mobil sepanjang bulan Februari diumumkan anjlok hingga 13,8% secara tahunan, seperti dilansir dari Trading Economics. Penurunan tersebut merupakan yang kedelapan secara berturut-turut.

Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, tentu perekonomian kedua negara, berikut perekonomian dunia, bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Dari dalam negeri, suntikan enegi bagi IHSG datang dari neraca dagang Indonesia yang secara mengejutkan mencatatkan surplus.

Pada hari Jumat, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode Februari 2019 terkontraksi 11,33% secara tahunan, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni kontraksi sebesar 4,26%.

Impor diumumkan anjlok hingga 13,98% YoY, berbanding terbalik dengan konsensus yang mengekspektasikan kenaikan sebesar 0,4% YoY. Alhasil, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, jauh lebih baik dari ekspektasi yakni defisit senilai US$ 841 juta.

Jika ditotal, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 734 juta dalam dua bulan pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan defisit pada dua bulan pertama tahun 2018 yang mencapai US$ 809 juta.

Dengan defisit neraca dagang yang menipis tersebut, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan kedepannya. Sebagai informasi, sepanjang tahun 2018 CAD tercatat sebesar 2,98% dari PDB, terdalam sejak tahun 2014.

Optimisme bahwa CAD bisa ditekan membawa rupiah menguat melawan dolar AS, yang pada akhirnya membuat instrumen berdenominasi rupiah seperti saham menjadi incaran investor. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.245/dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular