
AS-China dan Brexit Bikin Galau, Investor Pilih Pegang Dolar?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 March 2019 05:46

Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif dalam rentang terbatas. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,03%, S&P 500 turun 0,09%, dan Nasdaq Composite melemah 0,16%.
Seperti di Asia, bursa saham New York galau gara-gara prospek damai dagang AS-China yang tidak jelas. Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Kami bekerja keras untuk mencapai kesepakatan secepat mungkin. Ada dokumen lebih dari 150 halaman yang sedang kami kerjakan. Masih banyak pekerjaan, tetapi kami senang dengan perkembangan yang terjadi sampai saat ini," kata Mnuchin mengutip Reuters.
Seorang sumber mengungkapkan kepada Reuters, kemungkinan tidak akan ada pertemuan Trump-Xi pada akhir bulan ini untuk finalisasi dan pengesahan perjanjian damai dagang. Sepertinya pertemuan itu diundur menjadi akhir April.
Apalagi ada rilis data ekonomi yang kurang memuaskan. Penjualan rumah baru ada Januari tercatat sebanyak 607.000 unit atau turun 6,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jauh lebih buruk ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 0,6%.
Namun Wall Street tidak jatuh terlalu dalam karena ada dinamika terbaru sepuat Brexit. Dalam voting di parlemen Inggris (lagi-lagi voting), parlemen memutuskan sepakat menunda Brexit. Hasil akhirnya adalah 412 berbanding 202.
Sedianya Brexit akan terjadi pada 29 Maret. Namun parlemen meminta extra time jika tidak ada kesepakatan sampai 20 Maret. Inggris meminta perpanjangan waktu setidaknya sampai 30 Juni.
Kesepakatan damai dagang AS-China yang maju-mundur, data penjualan rumah yang mengecewakan, dan dinamika Brexit ini membuat investor gamang. Tidak adanya kepastian membuat pelaku pasar memilih untuk wait and see, tidak ada perilaku agresif.
Terlihat dari volume perdagangan hari ini yang hanya melibatkan 6,69 miliar unit saham. Cukup jauh dibandingkan rata-rata selama 20 hari terakhir yaitu 7,37 miliar.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Seperti di Asia, bursa saham New York galau gara-gara prospek damai dagang AS-China yang tidak jelas. Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Kami bekerja keras untuk mencapai kesepakatan secepat mungkin. Ada dokumen lebih dari 150 halaman yang sedang kami kerjakan. Masih banyak pekerjaan, tetapi kami senang dengan perkembangan yang terjadi sampai saat ini," kata Mnuchin mengutip Reuters.
Apalagi ada rilis data ekonomi yang kurang memuaskan. Penjualan rumah baru ada Januari tercatat sebanyak 607.000 unit atau turun 6,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jauh lebih buruk ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 0,6%.
Namun Wall Street tidak jatuh terlalu dalam karena ada dinamika terbaru sepuat Brexit. Dalam voting di parlemen Inggris (lagi-lagi voting), parlemen memutuskan sepakat menunda Brexit. Hasil akhirnya adalah 412 berbanding 202.
Sedianya Brexit akan terjadi pada 29 Maret. Namun parlemen meminta extra time jika tidak ada kesepakatan sampai 20 Maret. Inggris meminta perpanjangan waktu setidaknya sampai 30 Juni.
Kesepakatan damai dagang AS-China yang maju-mundur, data penjualan rumah yang mengecewakan, dan dinamika Brexit ini membuat investor gamang. Tidak adanya kepastian membuat pelaku pasar memilih untuk wait and see, tidak ada perilaku agresif.
Terlihat dari volume perdagangan hari ini yang hanya melibatkan 6,69 miliar unit saham. Cukup jauh dibandingkan rata-rata selama 20 hari terakhir yaitu 7,37 miliar.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular