
Brexit Ditolak (Lagi), Bursa Saham Inggris Malah Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 March 2019 16:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Inggris justru diperdagangkan menguat pada perdagangan hari ini. Hingga berita diturunkan, indeks FTSE 100 yang merupakan indeks saham acuan di Inggris ditransaksikan menguat 0,11% ke level 7.159,1.
Padahal kemarin (12/3/2019), revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May kembali ditolak secara oleh parlemen. Seperti dilansir CNBC International, hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposal dari May, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak. Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.
Namun begitu, pelaku pasar masih menyimpan optimisme bahwa perceraian Inggris dan Uni Eropa bisa berjalan dengan mulus. Pada hari ini, parlemen akan melakukan pemungutan suara terkait dengan apakah opsi No-Deal Brexit akan diambil. Jika opsi ini yang diambil, maka Inggris dan Uni Eropa akan berpisah tanpa kesepakatan apapun, memberikan pukulan yang sangat telak bagi perekonomian Inggris.
Peluang dari terjadinya No-Deal Brexit memang terbilang kecil. Melansir CNBC International, diekspektasikan bahwa parlemen akan menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut. Kemungkinan besar, yang akan terjadi adalah Inggris datang ke Uni Eropa untuk meminta mereka memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret.
Uni Eropa memang tak menutup pintu untuk memundurkan tanggal resmi Brexit. Dilansir dari Bloomberg, Juru Bicara dari Presiden Dewan Eropa (European Council) Donald Tusk mengatakan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan segala permintaan dari Inggris terkait dengan penundaan Brexit namun diperlukan "alasan yang kredibel untuk kemungkinan perpanjangan dan durasinya."
Berbicara mengenai No-Deal Brexit, langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah Inggris ikut memberikan kelegaan bagi pelaku pasar. Melalui kebijakan yang diumumkan hari ini dengan nama "Temporary Tariff Regime", Inggris tak akan mengenakan bea masuk untuk mayoritas barang yang masuk ke negaranya jika No-Deal Brexit terjadi.
Hal ini dilakukan guna melindungi pebisnis dan konsumen dari lonjakan harga yang begitu tinggi. Seperti yang diimplikasikan oleh namanya, kebijakan ini bersifat temporer yakni selama 12 bulan.
Melalui kebijakan ini, sebanyak 87% dari barang yang diimpor oleh Inggris (berdasarkan nilainya) akan mendapatkan akses bea masuk 0%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Imbal Hasil Obligasi AS Naik, Bursa Eropa Dibuka Melemah
Padahal kemarin (12/3/2019), revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May kembali ditolak secara oleh parlemen. Seperti dilansir CNBC International, hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposal dari May, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak. Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.
Namun begitu, pelaku pasar masih menyimpan optimisme bahwa perceraian Inggris dan Uni Eropa bisa berjalan dengan mulus. Pada hari ini, parlemen akan melakukan pemungutan suara terkait dengan apakah opsi No-Deal Brexit akan diambil. Jika opsi ini yang diambil, maka Inggris dan Uni Eropa akan berpisah tanpa kesepakatan apapun, memberikan pukulan yang sangat telak bagi perekonomian Inggris.
Uni Eropa memang tak menutup pintu untuk memundurkan tanggal resmi Brexit. Dilansir dari Bloomberg, Juru Bicara dari Presiden Dewan Eropa (European Council) Donald Tusk mengatakan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan segala permintaan dari Inggris terkait dengan penundaan Brexit namun diperlukan "alasan yang kredibel untuk kemungkinan perpanjangan dan durasinya."
Berbicara mengenai No-Deal Brexit, langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah Inggris ikut memberikan kelegaan bagi pelaku pasar. Melalui kebijakan yang diumumkan hari ini dengan nama "Temporary Tariff Regime", Inggris tak akan mengenakan bea masuk untuk mayoritas barang yang masuk ke negaranya jika No-Deal Brexit terjadi.
Hal ini dilakukan guna melindungi pebisnis dan konsumen dari lonjakan harga yang begitu tinggi. Seperti yang diimplikasikan oleh namanya, kebijakan ini bersifat temporer yakni selama 12 bulan.
Melalui kebijakan ini, sebanyak 87% dari barang yang diimpor oleh Inggris (berdasarkan nilainya) akan mendapatkan akses bea masuk 0%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Imbal Hasil Obligasi AS Naik, Bursa Eropa Dibuka Melemah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular