
Analisis Teknikal
Derita Belum Berakhir, Rupiah Bisa Terpuruk ke Rp 14.375/US$
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
13 March 2019 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (13/3/2019).
Dalam 2 hari terakhir, rupiah sudah menguat 0,31% sehingga apresiasi ini memancing minat investor melakukan aksi ambil untung alias profit taking. Hingga pukul 14:00 WIB, rupiah dibanderol Rp 14.240/US$, melemah 0,32% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Secara teknikal, pelemahan rupiah semakin tertekan atas dolar AS. Mata uang greenback ini masih terlalu perkasa dengan bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
Pelemahan rupiah berpotensi berlanjut, karena level penahan pelemahannya (support) di level 14.235 telah terlewati. Artinya rupiah sedang bergerak menuju level support berikutnya yakni di level Rp. 14.375/US$.
Salah satu sentimen yang berpotensi kembali menekan rupiah, bahkan hingga akhir pekan, dipengaruhi rilis data perdagangan internasional periode Februari yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 4,08% year-on-year (YoY), impor tumbuh 2,7% YoY, dan neraca perdagangan diprediksi defisit US$ 841 juta.
Jika benar konsensus ini terjadi, maka neraca perdagangan Indonesia akan mencatat defisit selama 2 bulan beruntun, setelah defisit US$ 1,16 miliar pada Januari lalu.
Artinya, prospek neraca transaksi berjalan (current account) kuartal I-2019 akan kembali terkoreksi cukup dalam dan membuat rupiah terancam melemah kembali.
Sebab, transaksi berjalan yang mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa merupakan fondasi penting untuk menyangga rupiah. Apabila transaksi berjalan defisit, apalagi cukup dalam, maka fondasi itu akan rapuh sehingga membuat rupiah akan terus dihantui risiko pelemahan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan rupiah, bagaimana pergerakan dan potensi penguatan.
[Gambas:Video CNBC]
(yam/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Dalam 2 hari terakhir, rupiah sudah menguat 0,31% sehingga apresiasi ini memancing minat investor melakukan aksi ambil untung alias profit taking. Hingga pukul 14:00 WIB, rupiah dibanderol Rp 14.240/US$, melemah 0,32% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Secara teknikal, pelemahan rupiah semakin tertekan atas dolar AS. Mata uang greenback ini masih terlalu perkasa dengan bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
![]() |
Pelemahan rupiah berpotensi berlanjut, karena level penahan pelemahannya (support) di level 14.235 telah terlewati. Artinya rupiah sedang bergerak menuju level support berikutnya yakni di level Rp. 14.375/US$.
Salah satu sentimen yang berpotensi kembali menekan rupiah, bahkan hingga akhir pekan, dipengaruhi rilis data perdagangan internasional periode Februari yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 4,08% year-on-year (YoY), impor tumbuh 2,7% YoY, dan neraca perdagangan diprediksi defisit US$ 841 juta.
Jika benar konsensus ini terjadi, maka neraca perdagangan Indonesia akan mencatat defisit selama 2 bulan beruntun, setelah defisit US$ 1,16 miliar pada Januari lalu.
Artinya, prospek neraca transaksi berjalan (current account) kuartal I-2019 akan kembali terkoreksi cukup dalam dan membuat rupiah terancam melemah kembali.
Sebab, transaksi berjalan yang mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa merupakan fondasi penting untuk menyangga rupiah. Apabila transaksi berjalan defisit, apalagi cukup dalam, maka fondasi itu akan rapuh sehingga membuat rupiah akan terus dihantui risiko pelemahan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan rupiah, bagaimana pergerakan dan potensi penguatan.
[Gambas:Video CNBC]
(yam/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular