
Rupiah Memang Tak Lagi Juara Asia, Tapi Jangan Kufur Nikmat!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 March 2019 12:43

Faktor domestik dan eksternal menjadi penopang penguatan rupiah. Dari dalam negeri, investor bernafsu memburu rupiah yang sudah melemah lumayan dalam.
Sejak akhir Februari, rupiah melemah 1,35% di hadapan dolar AS. Rupiah yang sudah murah ini membuatnya menarik di mata investor.
Pelaku pasar juga memborong rupiah untuk keperluan partisipasi dalam lelang obligasi pemerintah. Hari ini, pemerintah berencana melelang 7 seri obligasi dengan target indikatif Rp 15 triliun. Namun pemerintah membuka peluang untuk menaikkan jumlahnya dua kali lipat.
Obligasi pemerintah Indonesia memberikan imbalan yang cukup menggiurkan. Untuk tenor 10 tahun, misalnya, pemerintah menawarkan kupon 8,25%. Dengan tingkat inflasi yang sampai Februari 'hanya' 2,57% year-on-year (YoY), maka keuntungan riilnya adalah 5,68%.
Minat investor untuk berpartisipasi dalam lelang menyebabkan permintaan rupiah meningkat. Bertambahnya permintaan tentu menyebabkan rupiah menguat.
Dari sisi eksternal, rupiah tertolong karena dolar AS yang sedang memasuki fase konsolidasi. Pada pukul 12:19 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%.
Harap maklum, karena dolar AS memang terus menguat akhir-akhir ini. Dollar Index masih menguat 0,24% dalam seminggu terakhir, dan sejak awal tahun kenaikannya hampir 1%.
Cuan yang didapat dari dolar AS sudah tinggi dan menggoda investor untuk mencairkannya. Tekanan jual yang melanda dolar AS membuat mata uang Negeri Paman Sam melemah.
Kemudian, investor juga berani masuk ke aset-aset berisiko di Asia karena perkembangan Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker menyepakati klausul baru terkait backstop di perbatasan Irlandia Utara-Republik Irlandia.
Backstop adalah semacam jaminan bahwa tidak ada perlakuan kepabeanan yang ketat di perbatasan kedua negara tersebut. Namun ide ini mendapat tentangan dari parlemen Inggris, karena menilai sama saja dengan Inggris tetap tunduk dengan aturan kepabeanan Uni Eropa. Kedaulatan negara menjadi dipertanyakan.
Oleh karena itu, May dan Juncker setuju bahwa dalam proposal Brexit yang baru nanti Inggris bisa sewaktu-waktu keluar dari kesepakatan backstop. Dengan begitu, Inggris tidak akan merasa 'terjebak' oleh aturan dari Brussel.
Pelaku pasar berharap proposal ini bisa disetujui di parlemen Negeri Ratu Elizabeth. Parlemen dijadwalkan menggelar voting pada malam ini waktu Indonesia.
Namun jika parlemen lagi-lagi menolak proposal Brexit yang diajukan pemerintah, maka Uni Eropa akan bersikap tegas. Tidak ada lagi ruang negosiasi, take it or leave it.
"Pilihannya jelas, ini kesepakatannya atau Brexit tidak terjadi. Mari buat keluarnya Inggris dari Uni Eropa setertib mungkin," tegas Juncker, dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sejak akhir Februari, rupiah melemah 1,35% di hadapan dolar AS. Rupiah yang sudah murah ini membuatnya menarik di mata investor.
Pelaku pasar juga memborong rupiah untuk keperluan partisipasi dalam lelang obligasi pemerintah. Hari ini, pemerintah berencana melelang 7 seri obligasi dengan target indikatif Rp 15 triliun. Namun pemerintah membuka peluang untuk menaikkan jumlahnya dua kali lipat.
Minat investor untuk berpartisipasi dalam lelang menyebabkan permintaan rupiah meningkat. Bertambahnya permintaan tentu menyebabkan rupiah menguat.
Dari sisi eksternal, rupiah tertolong karena dolar AS yang sedang memasuki fase konsolidasi. Pada pukul 12:19 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%.
Harap maklum, karena dolar AS memang terus menguat akhir-akhir ini. Dollar Index masih menguat 0,24% dalam seminggu terakhir, dan sejak awal tahun kenaikannya hampir 1%.
Cuan yang didapat dari dolar AS sudah tinggi dan menggoda investor untuk mencairkannya. Tekanan jual yang melanda dolar AS membuat mata uang Negeri Paman Sam melemah.
Kemudian, investor juga berani masuk ke aset-aset berisiko di Asia karena perkembangan Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker menyepakati klausul baru terkait backstop di perbatasan Irlandia Utara-Republik Irlandia.
Backstop adalah semacam jaminan bahwa tidak ada perlakuan kepabeanan yang ketat di perbatasan kedua negara tersebut. Namun ide ini mendapat tentangan dari parlemen Inggris, karena menilai sama saja dengan Inggris tetap tunduk dengan aturan kepabeanan Uni Eropa. Kedaulatan negara menjadi dipertanyakan.
Oleh karena itu, May dan Juncker setuju bahwa dalam proposal Brexit yang baru nanti Inggris bisa sewaktu-waktu keluar dari kesepakatan backstop. Dengan begitu, Inggris tidak akan merasa 'terjebak' oleh aturan dari Brussel.
Pelaku pasar berharap proposal ini bisa disetujui di parlemen Negeri Ratu Elizabeth. Parlemen dijadwalkan menggelar voting pada malam ini waktu Indonesia.
Namun jika parlemen lagi-lagi menolak proposal Brexit yang diajukan pemerintah, maka Uni Eropa akan bersikap tegas. Tidak ada lagi ruang negosiasi, take it or leave it.
"Pilihannya jelas, ini kesepakatannya atau Brexit tidak terjadi. Mari buat keluarnya Inggris dari Uni Eropa setertib mungkin," tegas Juncker, dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular