
Mengekor Wall Street, Bursa Saham Asia Kompak Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 March 2019 09:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (12/3/2019). Indeks Nikkei naik 1,12%, indeks Shanghai naik 0,73%, indeks Hang Seng naik 0,9%, indeks Straits Times naik 0,64%, dan indeks Kospi naik 0,77%.
Bursa saham Benua Kuning berhasil mengikuti jejak bursa saham di Wall Street yang ditutup menguat pada dini hari tadi. Indeks Dow Jones naik 0,79%, indeks S&P 500 melesat 1,47%, dan indeks Nasdaq Composite melejit 2,02%.
Saham Apple yang melonjak hingga 3,46% menjadi salah satu motor penguatan Wall Street. Saham raksasa teknologi tersebut melesat setelah Bank of America Merrill Lynch menaikkan rekomendasinya dari 'netral' menjadi 'beli'. Target harga 12 bulan untuk saham Apple kini dipatok di level US$ 210/unit, dari yang sebelumnya US$ 180/unit.
Data ekonomi AS yang oke juga memotori penguatan Wall Street yang pada akhirnya bisa ditransmisikan ke kawasan Asia.
Senin kemarin (11/3/2019), penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,2% MoM, mengalahkan konsensus yang memperkirakan tidak ada perubahan, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut lantas memberikan kelegaan bagi pelaku pasar yang sempat mengira bahwa perekonomian AS akan mengalami hard landing pada tahun ini.
Pasalnya pada Jumat lalu (8/3/2018), penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian AS periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Penciptaan lapangan kerja pada bulan lalu menjadi yang terendah sejak September 2017.
Lebih lanjut, kinerja bursa saham Asia juga masih ditopang oleh optimisme terkait damai dagang AS-China.
Pemerintah China di Beijing menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan, China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
Dari kubu AS, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan China telah menciptakan kemajuan.
Kudlow juga mengungkapkan optimismenya bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bisa bertemu pada akhir bulan ini atau awal bulan depan di resor golf Mar-a-Lago, Florida, AS.
"Tak ada yang pasti, namun ada banyak perbincangan," kata Kudlow, dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Bursa saham Benua Kuning berhasil mengikuti jejak bursa saham di Wall Street yang ditutup menguat pada dini hari tadi. Indeks Dow Jones naik 0,79%, indeks S&P 500 melesat 1,47%, dan indeks Nasdaq Composite melejit 2,02%.
Saham Apple yang melonjak hingga 3,46% menjadi salah satu motor penguatan Wall Street. Saham raksasa teknologi tersebut melesat setelah Bank of America Merrill Lynch menaikkan rekomendasinya dari 'netral' menjadi 'beli'. Target harga 12 bulan untuk saham Apple kini dipatok di level US$ 210/unit, dari yang sebelumnya US$ 180/unit.
Data ekonomi AS yang oke juga memotori penguatan Wall Street yang pada akhirnya bisa ditransmisikan ke kawasan Asia.
Senin kemarin (11/3/2019), penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,2% MoM, mengalahkan konsensus yang memperkirakan tidak ada perubahan, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut lantas memberikan kelegaan bagi pelaku pasar yang sempat mengira bahwa perekonomian AS akan mengalami hard landing pada tahun ini.
Pasalnya pada Jumat lalu (8/3/2018), penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian AS periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Penciptaan lapangan kerja pada bulan lalu menjadi yang terendah sejak September 2017.
Lebih lanjut, kinerja bursa saham Asia juga masih ditopang oleh optimisme terkait damai dagang AS-China.
Pemerintah China di Beijing menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan, China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
Dari kubu AS, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan China telah menciptakan kemajuan.
Kudlow juga mengungkapkan optimismenya bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bisa bertemu pada akhir bulan ini atau awal bulan depan di resor golf Mar-a-Lago, Florida, AS.
"Tak ada yang pasti, namun ada banyak perbincangan," kata Kudlow, dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular