
Antam Kaji Divestasi 25% Saham Nusa Halmahera Minerals
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
11 March 2019 19:55

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyatakan masih mengkaji soal wacana divestasi saham PT Nusa Halmahera Minerals. Meski sebelumnya, perusahaan tambang asal Australia, Newcrest Mining Limited (Newcrest) selaku pemegang saham pengendali telah menawarkan 26% sahamnya kepada perusahaan pelat merah tersebut.
Hal itu diutarakan Direktur Keuangan Antam, Dimas Wikan Pramuditho dalam paparan kinerja perusahaan di Hotel Intercontinental, Jakarta. Menurutnya, Antam memiliki hak memperoleh penawaran terlebih dahulu (right of first refusal) karena saat ini punya porsi kepemilikan saham 25% atas Nusa Halmahera.
"Itu kan kontrak karya, ada kewajiban divestasi tentu. Antam punya 25 persen di sana, punya right of first refusal," kata Dimas, Senin (11/3/2019).
Right of first refusal sederhananya adalah hak untuk memperoleh penawaran terlebih dahulu bagi pemegang saham existing dalam suatu perusahaan yang berkehendak untuk menjual sahamnya kepada pihak lain. Apakah akan diambil oleh pemegang saham lain atau tidak, pemegang saham yang menerima tawaran tersebut dikatakan mempunyai right of first refusal.
Dimas menyebut, saat ini evaluasi terhadap Nusa Halmahera terus berlangsung. Tidak menutup kemungkinan, jika secara valuasi perhitungannya menguntungkan, Antam siap mengambil alih 26 persen saham Nusa Halmahera. Sehingga, nantinya, Antam punya kepemilikan sebanyak 51% atas Nusa Halmahera. "Exercise tengah berlangsung tentu dengan antam, kalau menurut perhitungan Antam bagus, punya hak utk itu. Katakanlah dari potensial investor buka harga," tuturnya.
Nusa Halmahera Minerals saat ini mengoperasikan area tambang Gosowong di Halmahera. Area tambang di Maluku Utara itu memiliki kapasitas sebesar 800 ribu ton per tahunnya menghasilkan emas dan perak. Akhir Juni 2018 lalu, tambang Gosowong telah menghasilkan 251.390 ons emas. Meskipun Antam punya kepemilikan saham atas Nusa Halmahera, produksi di Gosowong tidak termasuk dalam perhitungan cadangan tambang Antam secara konsolidasi, karena Antam bukan sebagai pihak pengendali saham perusahaan.
"Produksi yang kami sampaikan dari dua Pongkor dan Cibayung, karena di Nusa Halmahera Minerals bukan controlling stake, jadi tidak dikonsolidasikan dengan cadangan kami," tuturnya.
Sekadar gambaran, pada tahun 2018, total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung mencapai 1.957 kg (62.919 t.oz). Sementara, volume emas terjual mencapai 27.894 kg (896.812 t.oz).
Volume produksi feronikel pada tahun lalu tercatat sebesar 24.868 ton nikel (TNi) naik 14% dari 2017 sebesar 21.762 TNi. Untuk komoditas bijih nikel, tahun lalu, Antam mencatatkan volume produksi sebesar 9,31 juta wet metric ton (wmt), naik sebesar 67% dari volume produksi 2017 sebesar 5,57 juta wmt.
Saksikan video capaian kinerja ANTAM di 2018 di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Saham 'Nyungsep', Analis: ANTM Ga Kenapa-kenapa, Kok!
Hal itu diutarakan Direktur Keuangan Antam, Dimas Wikan Pramuditho dalam paparan kinerja perusahaan di Hotel Intercontinental, Jakarta. Menurutnya, Antam memiliki hak memperoleh penawaran terlebih dahulu (right of first refusal) karena saat ini punya porsi kepemilikan saham 25% atas Nusa Halmahera.
Right of first refusal sederhananya adalah hak untuk memperoleh penawaran terlebih dahulu bagi pemegang saham existing dalam suatu perusahaan yang berkehendak untuk menjual sahamnya kepada pihak lain. Apakah akan diambil oleh pemegang saham lain atau tidak, pemegang saham yang menerima tawaran tersebut dikatakan mempunyai right of first refusal.
Dimas menyebut, saat ini evaluasi terhadap Nusa Halmahera terus berlangsung. Tidak menutup kemungkinan, jika secara valuasi perhitungannya menguntungkan, Antam siap mengambil alih 26 persen saham Nusa Halmahera. Sehingga, nantinya, Antam punya kepemilikan sebanyak 51% atas Nusa Halmahera. "Exercise tengah berlangsung tentu dengan antam, kalau menurut perhitungan Antam bagus, punya hak utk itu. Katakanlah dari potensial investor buka harga," tuturnya.
Nusa Halmahera Minerals saat ini mengoperasikan area tambang Gosowong di Halmahera. Area tambang di Maluku Utara itu memiliki kapasitas sebesar 800 ribu ton per tahunnya menghasilkan emas dan perak. Akhir Juni 2018 lalu, tambang Gosowong telah menghasilkan 251.390 ons emas. Meskipun Antam punya kepemilikan saham atas Nusa Halmahera, produksi di Gosowong tidak termasuk dalam perhitungan cadangan tambang Antam secara konsolidasi, karena Antam bukan sebagai pihak pengendali saham perusahaan.
"Produksi yang kami sampaikan dari dua Pongkor dan Cibayung, karena di Nusa Halmahera Minerals bukan controlling stake, jadi tidak dikonsolidasikan dengan cadangan kami," tuturnya.
Sekadar gambaran, pada tahun 2018, total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung mencapai 1.957 kg (62.919 t.oz). Sementara, volume emas terjual mencapai 27.894 kg (896.812 t.oz).
Volume produksi feronikel pada tahun lalu tercatat sebesar 24.868 ton nikel (TNi) naik 14% dari 2017 sebesar 21.762 TNi. Untuk komoditas bijih nikel, tahun lalu, Antam mencatatkan volume produksi sebesar 9,31 juta wet metric ton (wmt), naik sebesar 67% dari volume produksi 2017 sebesar 5,57 juta wmt.
Saksikan video capaian kinerja ANTAM di 2018 di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Saham 'Nyungsep', Analis: ANTM Ga Kenapa-kenapa, Kok!
Most Popular