
Koreksi SUN Sudah Genap 8 Hari Beruntun
Irvin Avriano Arief & Roy Franedya, CNBC Indonesia
11 March 2019 21:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi pada perdagangan di awal pekan ini. Koreksi harga obligasi rupiah tersebut sudah terjadi beruntun sejak akhir bulan lalu, tepatnya sejak 27 Februari.
Penutupan menunjukkan sentimen positif dari damai dagang belum banyak berdampak positif pada pasar surat utang negara (SUN) domestik. Koreksi hari ini juga bertepatan dengan momentum menjelang lelang SUN besok.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 5,9 basis poin (bps) menjadi 8,42%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Koreksi yang terjadi hari ini mereda dibanding posisi pada pagi hari, karena pada sore hari seri acuan 5 tahun menguat dan seri 10 tahun bergeser menjadi stagnan dari sebelumnya terkoreksi.
Koreksi hari ini juga terjadi menjelang lelang obligasi rutin yang akan digelar pemerintah besok.
SUN yang akan dilelang adalah lima seri kupon tetap (fixed rate) dan dua seri pendek dengan target maksimal Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
Lumrahnya, pelaku pasar melakukan aksi jual untuk membuat harga terkoreksi dan yield naik, sehingga dapat menekan pemerintah untuk melepas SUN dalam lelang besok pada yield yang lebih tinggi daripada kondisi yang tanpa gejolak.
Semakin tingginya yield yang dilepas dalam lelang menunjukkan diskon yang berpotensi didapat pelaku pasar dalam lelang akan semaking tinggi juga.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,12 poin (0,05%) menjadi 242,1 dari posisi kemarin 241,97.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 530 bps, menyempit dari posisi kemarin 532 bps.
Spread yang masih di atas 500 bps menunjukkan yield SUN rupiah Indonesia masih menarik karena memiliki potensi keuntungan cukup besar dibandingkan dengan obligasi pemerintah AS yaitu US Treasury.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,65% dari posisi kemarin 2,63% sehingga harganya terkoreksi. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada dua pasang seri acuan. Seri acuan yang mengalami inversi adalah seri 2 tahun-5 tahun dan seri 3 tahun-5 tahun.
Seri 2 tahun-5 tahun memang lumrah mengalami inversi sejak Agustus tahun lalu, tetapi inversi seri 3 tahun-5 tahun datang dan pergi yang ketika muncul dapat mencerminkan kekhawatiran investor yang sedang tinggi.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 944,56 triliun SBN, atau 38,02% dari total beredar Rp 2.484 triliun berdasarkan data per 5 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 51,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, sedangkan nilai tukar rupiah di pasar valas masih menguat. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di Brasil, India, Rusia, dan Afsel, sedangkan negara lain masih terkoreksi.
Di negara maju, penguatan dialami pasar gilt Inggris dan JGB Jepang. Hal tersebut menunjukkan pelaku pasar mulai masuk ke pasar ekutias negara maju, dari posisi pada pagi hari di mana mayoritas pasar obligasi negara maju masih menguat.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Penutupan menunjukkan sentimen positif dari damai dagang belum banyak berdampak positif pada pasar surat utang negara (SUN) domestik. Koreksi hari ini juga bertepatan dengan momentum menjelang lelang SUN besok.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 5,9 basis poin (bps) menjadi 8,42%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Koreksi yang terjadi hari ini mereda dibanding posisi pada pagi hari, karena pada sore hari seri acuan 5 tahun menguat dan seri 10 tahun bergeser menjadi stagnan dari sebelumnya terkoreksi.
Koreksi hari ini juga terjadi menjelang lelang obligasi rutin yang akan digelar pemerintah besok.
SUN yang akan dilelang adalah lima seri kupon tetap (fixed rate) dan dua seri pendek dengan target maksimal Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
Lumrahnya, pelaku pasar melakukan aksi jual untuk membuat harga terkoreksi dan yield naik, sehingga dapat menekan pemerintah untuk melepas SUN dalam lelang besok pada yield yang lebih tinggi daripada kondisi yang tanpa gejolak.
Semakin tingginya yield yang dilepas dalam lelang menunjukkan diskon yang berpotensi didapat pelaku pasar dalam lelang akan semaking tinggi juga.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Mar 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 8 Mar 2019 (%) | Yield 11 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 11 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.557 | 7.543 | -1.40 | 7.48 |
FR0078 | 10 tahun | 7.959 | 7.959 | 0.00 | 7.9278 |
FR0068 | 15 tahun | 8.33 | 8.356 | 2.60 | 8.2926 |
FR0079 | 20 tahun | 8.365 | 8.424 | 5.90 | 8.3629 |
Avg movement | 1.77 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,12 poin (0,05%) menjadi 242,1 dari posisi kemarin 241,97.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 530 bps, menyempit dari posisi kemarin 532 bps.
Spread yang masih di atas 500 bps menunjukkan yield SUN rupiah Indonesia masih menarik karena memiliki potensi keuntungan cukup besar dibandingkan dengan obligasi pemerintah AS yaitu US Treasury.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,65% dari posisi kemarin 2,63% sehingga harganya terkoreksi. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada dua pasang seri acuan. Seri acuan yang mengalami inversi adalah seri 2 tahun-5 tahun dan seri 3 tahun-5 tahun.
Seri 2 tahun-5 tahun memang lumrah mengalami inversi sejak Agustus tahun lalu, tetapi inversi seri 3 tahun-5 tahun datang dan pergi yang ketika muncul dapat mencerminkan kekhawatiran investor yang sedang tinggi.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 11 Mar 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 8 Mar 2019 (%) | Yield 11 Mar 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.454 | 2.45 | 3 bulan-5 tahun | 0.6 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.463 | 2.479 | 2 tahun-5 tahun | 3.5 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.433 | 2.452 | 3 tahun-5 tahun | 0.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.425 | 2.444 | 3 bulan-10 tahun | -20 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.625 | 2.65 | 2 tahun-10 tahun | -17.1 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 944,56 triliun SBN, atau 38,02% dari total beredar Rp 2.484 triliun berdasarkan data per 5 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 51,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, sedangkan nilai tukar rupiah di pasar valas masih menguat. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di Brasil, India, Rusia, dan Afsel, sedangkan negara lain masih terkoreksi.
Di negara maju, penguatan dialami pasar gilt Inggris dan JGB Jepang. Hal tersebut menunjukkan pelaku pasar mulai masuk ke pasar ekutias negara maju, dari posisi pada pagi hari di mana mayoritas pasar obligasi negara maju masih menguat.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 8 Mar 2019 (%) | Yield 11 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.07 | 9.02 | -5.00 |
China | 3.159 | 3.17 | 1.10 |
Jerman | 0.074 | 0.075 | 0.10 |
Perancis | 0.412 | 0.48 | 6.80 |
Inggris | 1.19 | 1.174 | -1.60 |
India | 7.58 | 7.52 | -6.00 |
Jepang | -0.032 | -0.036 | -0.40 |
Malaysia | 3.865 | 3.868 | 0.30 |
Filipina | 6.118 | 6.162 | 4.40 |
Rusia | 8.5 | 8.44 | -6.00 |
Singapura | 2.184 | 2.189 | 0.50 |
Thailand | 2.51 | 2.52 | 1.00 |
Amerika Serikat | 2.625 | 2.65 | 2.50 |
Afrika Selatan | 8.675 | 8.66 | -1.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Most Popular