
Damai Dagang Bawa Bursa Saham Asia Menghijau di Awal Pekan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 March 2019 18:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan pertama di pekan ini dengan penguatan: indeks Nikkei naik 0,47%, indeks Shanghai naik 1,92%, indeks Hang Seng naik 0,97%, dan indeks Kospi naik 0,03%.
Sejatinya, rilis data ekonomi dari kawasan regional tak mendukung bagi bursa saham. Pada hari ini, pembacaan awal atas data pertumbuhan pemesanan barang-barang mesin di Jepang periode Februari 2019 diumumkan anjlok hingga 29,3%, jauh lebih parah dibandingkan kontraksi pada bulan Januari yang 'hanya' sebesar 18,8%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut lantas mengonfirmasi bahwa perekonomian dunia sedang berada dalam siklus perlambatan. Sebelumnya pada hari Jumat (8/3/2019), ekspor China periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.
Membuncahnya optimisme terkait damai dagang AS-China membuat instrumen berisiko seperti saham tetap menjadi incaran investor. Beijing menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan, China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai kesepahaman dalam banyak isu-isu krusial.
Dari kubu AS, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan China telah menciptakan kemajuan. Kudlow juga mengungkapkan optimismenya bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bisa bertemu pada akhir bulan ini atau awal bulan depan di resor golf Mar-a-Lago, Florida, AS.
"Tak ada yang pasti, namun ada banyak perbincangan," kata Kudlow, dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Sejatinya, rilis data ekonomi dari kawasan regional tak mendukung bagi bursa saham. Pada hari ini, pembacaan awal atas data pertumbuhan pemesanan barang-barang mesin di Jepang periode Februari 2019 diumumkan anjlok hingga 29,3%, jauh lebih parah dibandingkan kontraksi pada bulan Januari yang 'hanya' sebesar 18,8%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut lantas mengonfirmasi bahwa perekonomian dunia sedang berada dalam siklus perlambatan. Sebelumnya pada hari Jumat (8/3/2019), ekspor China periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai kesepahaman dalam banyak isu-isu krusial.
Dari kubu AS, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan China telah menciptakan kemajuan. Kudlow juga mengungkapkan optimismenya bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bisa bertemu pada akhir bulan ini atau awal bulan depan di resor golf Mar-a-Lago, Florida, AS.
"Tak ada yang pasti, namun ada banyak perbincangan," kata Kudlow, dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular