
Optimisme Damai Dagang Membuncah, Bursa Saham Asia Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 March 2019 09:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona hijau pada perdagangan pertama di pekan ini: indeks Nikkei naik 0,18%, indeks Hang Seng naik 0,13%, dan indeks Kospi naik 0,13%. Sementara itu, indeks Shanghai dibuka melemah 0,03% dan indeks Straits Times jatuh 0,25%.
Optimisme damai dagang AS-China yang kembali membuncah membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor. Beijing menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan, China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
China pun berupaya untuk memenuhi keingingan AS, salah satunya adalah reformasi kebijakan subsidi. Kepala Komisi Administrasi dan Pengawasan Aset Negara China Xiao Yaqing menyatakan bahwa Beijing sedang membereskan isu ini.
"Bisa dibilang China tidak memiliki regulasi yang secara spesifik mengatur subsidi bagi perusahaan milik negara. Oleh karena itu, China sedang membersihkan dan menyusun standar untuk berbagai subsidi," ungkap Xiao, dikutip dari Reuters.
Sejauh ini, pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di resor golf Mar-a-Lago (Florida) masih terjadwal. Pertemuan tersebut paling cepat terjadi pada pertengahan bulan ini.
Di sisi lain, perlambatan ekonomi China masih menjadi isu yang membebani kinerja bursa saham regional. Minggu lalu, pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Sebagai informasi, perekonomian China tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, menjadikannya pertumbuhan paling rendah sejak 1990 silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Optimisme damai dagang AS-China yang kembali membuncah membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor. Beijing menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan, China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk.
"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen, mengutip Reuters.
"Bisa dibilang China tidak memiliki regulasi yang secara spesifik mengatur subsidi bagi perusahaan milik negara. Oleh karena itu, China sedang membersihkan dan menyusun standar untuk berbagai subsidi," ungkap Xiao, dikutip dari Reuters.
Sejauh ini, pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di resor golf Mar-a-Lago (Florida) masih terjadwal. Pertemuan tersebut paling cepat terjadi pada pertengahan bulan ini.
Di sisi lain, perlambatan ekonomi China masih menjadi isu yang membebani kinerja bursa saham regional. Minggu lalu, pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Sebagai informasi, perekonomian China tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, menjadikannya pertumbuhan paling rendah sejak 1990 silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular