
Kalah Telak dari Dolar AS, Kinerja Rupiah Terburuk di Asia
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
09 March 2019 09:04

Sayangnya, perlambatan ekonomi dunia yang kian terasa membuat investor memilih kembali berpulang ke dolar AS yang punya sokongan kuat dari The Fed. Pasalnya Jumat (8/3/2019) awan mendung menyelimuti pasar keuangan dunia karena kabar buruk dari Eropa.
Bank Sentral Uni Eropa (ECB) pada Jumat dini hari memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan refinancing rate sebesar 0%. ECB juga memperkirakan tidak aka nada kenaikkan suku bunga acuan hingga akhir tahun.
Lebih lanjut, ECB juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru dari 1,7% menjadi 1,1%. Dikutip Reuters, Mario Draghi mengatakan “Kita semua sedang memasuki masa-masa pelemahan dan ketidakpastian”.
Kemudian, di akhir pekan masalah kembali datang dari China. Pada Februari 2019, ekspor China mengalami kontraksi atau minus 20,7% YoY, jauh memburuk dibandingkan Januari 2019 yang masih tumbuh 9,1% YoY.
Tidak hanya itu, impor Negeri Tirai Bambu juga turun 5,2% yang mengakibatkan surplus neraca perdagangan hanya menyentuh surplus US$ 4,12 miliar terjun bebas dari pembukuan Januari yang menyentuh surplus US$ 39,16 miliar.
Sentimen negatif dari semakin pastinya perlambatan ekonomi dunia pastinya membuat investor berpikir ribuan kali untuk menggelontorkan dana mereka ke negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Bank Sentral Uni Eropa (ECB) pada Jumat dini hari memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan refinancing rate sebesar 0%. ECB juga memperkirakan tidak aka nada kenaikkan suku bunga acuan hingga akhir tahun.
Lebih lanjut, ECB juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru dari 1,7% menjadi 1,1%. Dikutip Reuters, Mario Draghi mengatakan “Kita semua sedang memasuki masa-masa pelemahan dan ketidakpastian”.
Tidak hanya itu, impor Negeri Tirai Bambu juga turun 5,2% yang mengakibatkan surplus neraca perdagangan hanya menyentuh surplus US$ 4,12 miliar terjun bebas dari pembukuan Januari yang menyentuh surplus US$ 39,16 miliar.
Sentimen negatif dari semakin pastinya perlambatan ekonomi dunia pastinya membuat investor berpikir ribuan kali untuk menggelontorkan dana mereka ke negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular