
Disengat Revisi Ekonomi Eropa, Indeks Shanghai Anjlok 2,19%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 March 2019 09:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dibuka anjlok 2,19% ke level 3.038,34, sementara indeks Hang Seng melemah 1,29% ke level 28.409,14.
Target pertumbuhan ekonomi Zona Euro yang dipangkas habis oleh European Central Bank (ECB) menyebabkan sell-off di bursa saham China dan Hong Kong. Kemarin (7/3/2019), ECB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Zona Euro untuk tahun 2019 dari 1,7% menjadi hanya 1,1%. Target pertumbuhan untuk tahun depan juga dipangkas menjadi 1,6%, dari yang sebelumnya 1,7%.
"Kehadiran dari ketidakpastian terkait dengan faktor-faktor geopolitik, ancaman dari proteksionisme, dan kerentanan di negara-negara berkembang nampak telah mempengaruhi sentimen ekonomi [di Zona Euro]," papar Gubernur ECB Mario Draghi dalam konferensi persnya setelah bank sentral juga memutuskan menahan tingkat suku bunga acuan di level 0%.
Kabar dari Benua Biru ini lantas kian mengonfirmasi sinyal perlambatan ekonomi dunia. Sebelumnya pada hari Selasa (5/3/2019), Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan bahwa target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6%-6,5%.
Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat sebesar 6,6%.
Kini, pelaku pasar dengan gelisah menantikan rilis data perdagangan internasional China periode Februari 2019 yang akan diumumkan pada pukul 10:00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Target pertumbuhan ekonomi Zona Euro yang dipangkas habis oleh European Central Bank (ECB) menyebabkan sell-off di bursa saham China dan Hong Kong. Kemarin (7/3/2019), ECB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Zona Euro untuk tahun 2019 dari 1,7% menjadi hanya 1,1%. Target pertumbuhan untuk tahun depan juga dipangkas menjadi 1,6%, dari yang sebelumnya 1,7%.
"Kehadiran dari ketidakpastian terkait dengan faktor-faktor geopolitik, ancaman dari proteksionisme, dan kerentanan di negara-negara berkembang nampak telah mempengaruhi sentimen ekonomi [di Zona Euro]," papar Gubernur ECB Mario Draghi dalam konferensi persnya setelah bank sentral juga memutuskan menahan tingkat suku bunga acuan di level 0%.
![]() |
Kabar dari Benua Biru ini lantas kian mengonfirmasi sinyal perlambatan ekonomi dunia. Sebelumnya pada hari Selasa (5/3/2019), Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan bahwa target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6%-6,5%.
Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat sebesar 6,6%.
Kini, pelaku pasar dengan gelisah menantikan rilis data perdagangan internasional China periode Februari 2019 yang akan diumumkan pada pukul 10:00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular