
Jika Tak Libur, IHSG & Rupiah Mungkin Tak Selamat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 March 2019 14:20

Potensi eskalasi perang dagang AS-China menambah pesimisme investor untuk masuk ke pasar keuangan Benua Kuning. Pada hari ini, raksasa produsen perangkat telekomunikasi asal China yakni Huawei resmi mengajukan tuntutan kepada pemerintah AS. Huawei menuntut AS terkait penggunaan sebuah peraturan yang melarang lembaga pemerintah untuk membeli produk-produk besutan perusahaan. Tim pengacara dari Huawei menyebut bahwa peraturan tersebut menyalahi konstitusi dari AS sendiri.
Sebelumnya, AS sudah terlebih dulu mendakwa Huawei lantaran diyakini mencuri teknologi dari perusahaan penyedia layanan telekomunikasi asal AS yakni T-Mobile. AS juga mendakwa Huawei karena diyakini telah melanggar sanksi AS atas Iran.
Mengingat posisi Huawei yang begitu penting bagi denyut nadi perekonomian China, negosiasi dagang AS-China yang kini sudah memasuki tahapan akhir bisa menjadi buyar. Jika itu yang terjadi, AS dan China akan terlibat dalam perang bea masuk yang semakin panas dan semakin sulit untuk diselesaikan.
Lebih lanjut, potensi ribut-ribut AS-Korea Utara juga menjadi faktor yang membuat pelaku pasar bermain defensif pada hari ini. Kemarin, Media asal Korea Selatan yakni Yonhap News Agency melaporkan bahwa Korea Utara telah mulai membangun kembali fasilitas uji coba senjata nuklir yang sempat mereka lucuti sebelumnya. Fasilitas yang dimaksud adalah Sohae Satellite Launching Station di Tongchang-ri, seperti dilansir dari Reuters.
Aura perpecahan selepas pertemuan ronde 2 antara Presiden AS Doanld Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada minggu lalu lantas kian terasa. Dalam pertemuan yang digelar selama 2 hari tersebut, keduanya berpisah tanpa menandatangani kesepakatan apapun.
Celakanya, langkah nekat dari Korea Utara yang kini justru malah membangun kembali fasilitas uji coba senjata nuklirnya datang pasca Penasehat Keamanan Nasional AS John Bolton memberikan peringatan keras kepada Pyongyang. Bolton mengatakan bahwa AS berencana menerapkan sanksi yang baru bagi Korea Utara jika Pyongyang tak juga merelakan senjata nuklirnya.
"Jika mereka tidak mau melakukan itu (denuklirisasi), maka saya rasa sikap Presiden Trump sudah sangat jelas. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan sanksi ekonomi dan justru kami akan mempertimbangkan untuk menambah sanksinya,” tegas Bolton dalam wawancara dengan Fox Business Network, dikutip dari Reuters. (ank/gus)
Sebelumnya, AS sudah terlebih dulu mendakwa Huawei lantaran diyakini mencuri teknologi dari perusahaan penyedia layanan telekomunikasi asal AS yakni T-Mobile. AS juga mendakwa Huawei karena diyakini telah melanggar sanksi AS atas Iran.
Lebih lanjut, potensi ribut-ribut AS-Korea Utara juga menjadi faktor yang membuat pelaku pasar bermain defensif pada hari ini. Kemarin, Media asal Korea Selatan yakni Yonhap News Agency melaporkan bahwa Korea Utara telah mulai membangun kembali fasilitas uji coba senjata nuklir yang sempat mereka lucuti sebelumnya. Fasilitas yang dimaksud adalah Sohae Satellite Launching Station di Tongchang-ri, seperti dilansir dari Reuters.
Aura perpecahan selepas pertemuan ronde 2 antara Presiden AS Doanld Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada minggu lalu lantas kian terasa. Dalam pertemuan yang digelar selama 2 hari tersebut, keduanya berpisah tanpa menandatangani kesepakatan apapun.
Celakanya, langkah nekat dari Korea Utara yang kini justru malah membangun kembali fasilitas uji coba senjata nuklirnya datang pasca Penasehat Keamanan Nasional AS John Bolton memberikan peringatan keras kepada Pyongyang. Bolton mengatakan bahwa AS berencana menerapkan sanksi yang baru bagi Korea Utara jika Pyongyang tak juga merelakan senjata nuklirnya.
"Jika mereka tidak mau melakukan itu (denuklirisasi), maka saya rasa sikap Presiden Trump sudah sangat jelas. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan sanksi ekonomi dan justru kami akan mempertimbangkan untuk menambah sanksinya,” tegas Bolton dalam wawancara dengan Fox Business Network, dikutip dari Reuters. (ank/gus)
Next Page
Optimisme Konsumen Meredup Lagi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular