
Angin Segar dari China & AS Bawa IHSG Finis di Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 March 2019 16:49

Langkah pemerintah China yang bergerak agresif dalam memerangi perlambatan ekonomi membuat IHSG mampu mengakhiri hari di zona hijau. Bahkan, indeks Shanghai dibuat melesat lebih dari 1% karenanya.
Sebagai informasi, kemarin (5/3/2019) Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan bahwa target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat tumbuh sebesar 6,6%.
Bersamaan dengan diumumkannya pemangkasan target pertumbuhan ekonomi kemarin, China juga mengumumkan pemotongan tingkat pajak dan biaya untuk korporasi senilai hampir 2 triliun yuan (US$ 298,31 miliar atau sekitar Rp 4.222 triliun). Stimulus fiskal tersebut diarahkan untuk mendukung pertumbuhan di sektor manufaktur, transportasi, dan konstruksi.
Kemudian, pemerintah China juga menaikkan batas atas penerbitan obligasi oleh daerah dari CNY 1,35 triliun pada 2018 menjadi CNY 2,15 triliun pada tahun ini. Tujuannya adalah agar daerah tetap mampu menjaga kinerja pembangunannya masing-masing.
Pada hari ini, giliran National Development and Reform Commission (NDRC) yang memberikan angin segar bagi investor. Lembaga perencana negara China tersebut mengatakan bahwa pemerintah akan mengimplementasikan kebijakan yang akan secara lebih lanjut mendongkrak konsumsi rumah tangga pada tahun ini.
Konsumsi rumah tangga memang memegang peranan penting bagi perekonomian China. Sayangnya pada tahun lalu, konsumsi rumah tangga tumbuh dalam tingkatan yang terendah dalam nyaris 3 dekade, salah satunya dipicu oleh perang dagang dengan AS.
Dengan gelontoran stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintahnya, ada harapan bahwa perekonomian Negeri Panda tak akan mengalami hard landing pada tahun ini. Jika damai dagang dengan AS berhasil dicapai nanti-nya, tentu kekhawatiran mengenai hard landing tersebut akan semakin sirna. (ank/hps)
Sebagai informasi, kemarin (5/3/2019) Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan bahwa target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat tumbuh sebesar 6,6%.
Bersamaan dengan diumumkannya pemangkasan target pertumbuhan ekonomi kemarin, China juga mengumumkan pemotongan tingkat pajak dan biaya untuk korporasi senilai hampir 2 triliun yuan (US$ 298,31 miliar atau sekitar Rp 4.222 triliun). Stimulus fiskal tersebut diarahkan untuk mendukung pertumbuhan di sektor manufaktur, transportasi, dan konstruksi.
Pada hari ini, giliran National Development and Reform Commission (NDRC) yang memberikan angin segar bagi investor. Lembaga perencana negara China tersebut mengatakan bahwa pemerintah akan mengimplementasikan kebijakan yang akan secara lebih lanjut mendongkrak konsumsi rumah tangga pada tahun ini.
Konsumsi rumah tangga memang memegang peranan penting bagi perekonomian China. Sayangnya pada tahun lalu, konsumsi rumah tangga tumbuh dalam tingkatan yang terendah dalam nyaris 3 dekade, salah satunya dipicu oleh perang dagang dengan AS.
Dengan gelontoran stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintahnya, ada harapan bahwa perekonomian Negeri Panda tak akan mengalami hard landing pada tahun ini. Jika damai dagang dengan AS berhasil dicapai nanti-nya, tentu kekhawatiran mengenai hard landing tersebut akan semakin sirna. (ank/hps)
Next Page
Sektor Jasa Keuangan Pimpin Laju IHSG
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular