
AS-Korut Bakal Tegang Lagi, Rupiah Dkk Tak Berdaya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2019 10:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah masih berkutat di zona merah sejak pembukaan perdagangan.
Pada Rabu (6/3/2019), kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.129. Rupiah menguat 0,12% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Penguatan ini membuat rupiah sudah menguat 2 hari beruntun di kurs tengah BI. Kemarin, rupiah juga menguat 0,02%.
Namun di perdagangan pasar spot, rupiah masih melemah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.135 di mana rupiah melemah 0,14%.
Seiring perjalanan, pelemahan rupiah semakin menjadi. Pada pukul 10:35 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.140 di mana rupiah melemah 0,18%.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,04%. Selepas itu, depresiasi rupiah semakin dalam.
Sebenarnya tidak hanya rupiah yang melemah, hampir seluruh mata uang utama Asia tidak berdaya di hadapan dolar AS. Won Korea Selatan menjadi mata uang terlemah di Asia, disusul oleh baht Thailand dan ringgit Malaysia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pukul 10:17 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Investor semakin memihak ke dolar AS karena gugup melihat perkembangan yang kurang kondusif di Asia, utamanya dinamika hubungan AS-Korea Selatan. Setelah pertemuan di Vietnam beberapa waktu lalu, relasi Washington-Pyongyang agak dingin.
Pasalnya, dialog di Vietnam memang 'kentang' alias tidak membuahkan hasil apa-apa. Presiden AS Donald Trump walk-out dari meja perundingan, karena tidak sepakat dengan tawaran Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Kim ingin agar seluruh sanksi yang dijatuhkan AS kepada Korea Utara dicabut. Namun Kim hanya bersedia menutup sebagian fasilitas pengembangan nuklir Yongbyon. Trump yang menuntut denuklirisasi total di Korea Utara tentu menolak dan memilih walk-out dengan pulang lebih cepat dari jadwal.
Sampai saat ini, hubungan AS-Korea Utara belum hangat lagi. Bahkan AS kembali bersikap galak terhadap Negeri Juche.
"Jika mereka tidak mau melakukan itu (denuklirisasi), maka sikap Bapak Presiden sudah sangat jelas. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan sanksi ekonomi. Justru kami akan mempertimbangkan untuk menambah sanksi," tegas John Bolton, Penasihat Pertahanan Gedung Putih, dalam wawancara dengan Fox Business Network, dikutip dari Reuters.
Bahkan ada kabar yang lebih menakutkan. Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa Korea Utara mulai membangun kembali misil yang dilucuti tahun lalu.
Aktivitas ini dilakukan di Tongchang-ri. Berdasarkan citra satelit, terlihat ada struktur landasan luncur (launchpad) misil dibangun antara 16 Februari hingga 2 Maret.
Tanpa ada dialog lanjutan, bisa-biasa Semenanjung Korea bakal memanas lagi. Uji coba misil oleh Korea Utara tentu akan membuat Trump murka. Damai di Semenanjung Korea pun menjadi taruhannya.
Situasi ini tentu membuat investor tidak tenang karena ada potensi konflik yang bukan sembarang konflik tetapi konfrontasi bersenjata. Melihat risiko yang begitu besar, investor memilih bermain aman dengan 'memeluk' dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Rabu (6/3/2019), kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.129. Rupiah menguat 0,12% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Penguatan ini membuat rupiah sudah menguat 2 hari beruntun di kurs tengah BI. Kemarin, rupiah juga menguat 0,02%.
Seiring perjalanan, pelemahan rupiah semakin menjadi. Pada pukul 10:35 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.140 di mana rupiah melemah 0,18%.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,04%. Selepas itu, depresiasi rupiah semakin dalam.
Sebenarnya tidak hanya rupiah yang melemah, hampir seluruh mata uang utama Asia tidak berdaya di hadapan dolar AS. Won Korea Selatan menjadi mata uang terlemah di Asia, disusul oleh baht Thailand dan ringgit Malaysia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pukul 10:17 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Investor semakin memihak ke dolar AS karena gugup melihat perkembangan yang kurang kondusif di Asia, utamanya dinamika hubungan AS-Korea Selatan. Setelah pertemuan di Vietnam beberapa waktu lalu, relasi Washington-Pyongyang agak dingin.
Pasalnya, dialog di Vietnam memang 'kentang' alias tidak membuahkan hasil apa-apa. Presiden AS Donald Trump walk-out dari meja perundingan, karena tidak sepakat dengan tawaran Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Kim ingin agar seluruh sanksi yang dijatuhkan AS kepada Korea Utara dicabut. Namun Kim hanya bersedia menutup sebagian fasilitas pengembangan nuklir Yongbyon. Trump yang menuntut denuklirisasi total di Korea Utara tentu menolak dan memilih walk-out dengan pulang lebih cepat dari jadwal.
Sampai saat ini, hubungan AS-Korea Utara belum hangat lagi. Bahkan AS kembali bersikap galak terhadap Negeri Juche.
"Jika mereka tidak mau melakukan itu (denuklirisasi), maka sikap Bapak Presiden sudah sangat jelas. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan sanksi ekonomi. Justru kami akan mempertimbangkan untuk menambah sanksi," tegas John Bolton, Penasihat Pertahanan Gedung Putih, dalam wawancara dengan Fox Business Network, dikutip dari Reuters.
Bahkan ada kabar yang lebih menakutkan. Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa Korea Utara mulai membangun kembali misil yang dilucuti tahun lalu.
Aktivitas ini dilakukan di Tongchang-ri. Berdasarkan citra satelit, terlihat ada struktur landasan luncur (launchpad) misil dibangun antara 16 Februari hingga 2 Maret.
Tanpa ada dialog lanjutan, bisa-biasa Semenanjung Korea bakal memanas lagi. Uji coba misil oleh Korea Utara tentu akan membuat Trump murka. Damai di Semenanjung Korea pun menjadi taruhannya.
Situasi ini tentu membuat investor tidak tenang karena ada potensi konflik yang bukan sembarang konflik tetapi konfrontasi bersenjata. Melihat risiko yang begitu besar, investor memilih bermain aman dengan 'memeluk' dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular