
Baru Kemarin Sore Menguat, Eh Rupiah Loyo Lagi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2019 08:36

Well, wajar apabila rupiah dan mata uang Asia lainnya melemah. Sebab dolar AS memang masih perkasa secara global.
Pada pukul 08:12 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,02%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini menguat 0,77% dan selama sebulan ini penguatannya mencapai 1,09%.
Penguatan dolar AS hari ini datang dari rilis data ekonomi yang ciamik di Negeri Paman Sam. Purchasing Manager Index (PMI) non-manufaktur AS versi ISM pada Februari 2019 berada di 59,7. Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 56,7. Angka Februari juga menjadi yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir.
Kemudian penjualan properti residensial baru di AS pada Desember 2018 tercatat 621.000 unit pada Desember 2018 atau naik 3,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka penjualan rumah baru tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei 2018.
Data-data ini sedikit banyak menghapus kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi AS, karena ternyata dunia usaha dan rumah tangga masih terus melakukan ekspansi. Artinya, peluang The Federal Reserves/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi semakin terbuka.
The Fed tentu punya kepentingan agar roda perekonomian AS tidak melaju terlalu cepat dan menimbulkan tekanan inflasi yang tidak perlu alias overheating. Cara untuk membuat roda perekonomian bergerak lebih sehat adalah mengeremnya melalui kenaikan suku bunga acuan.
Meski mungkin tidak dilakukan dalam waktu dekat, tetapi prospek kenaikan Federal Fund Rate menjadi bekal keperkasaan dolar AS. Berinvestasi di dolar AS akan menguntungkan karena iming-iming kenaikan suku bunga acuan. Akibatnya, ada kemungkinan arus modal masih akan berkerumun di sekitar mata uang Negeri Adidaya.
Kemudian penjualan properti residensial baru di AS pada Desember 2018 tercatat 621.000 unit pada Desember 2018 atau naik 3,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka penjualan rumah baru tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei 2018.
Data-data ini sedikit banyak menghapus kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi AS, karena ternyata dunia usaha dan rumah tangga masih terus melakukan ekspansi. Artinya, peluang The Federal Reserves/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi semakin terbuka.
The Fed tentu punya kepentingan agar roda perekonomian AS tidak melaju terlalu cepat dan menimbulkan tekanan inflasi yang tidak perlu alias overheating. Cara untuk membuat roda perekonomian bergerak lebih sehat adalah mengeremnya melalui kenaikan suku bunga acuan.
Meski mungkin tidak dilakukan dalam waktu dekat, tetapi prospek kenaikan Federal Fund Rate menjadi bekal keperkasaan dolar AS. Berinvestasi di dolar AS akan menguntungkan karena iming-iming kenaikan suku bunga acuan. Akibatnya, ada kemungkinan arus modal masih akan berkerumun di sekitar mata uang Negeri Adidaya.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Semenanjung Korea Panas Lagi?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular