
Sempat Terpukul Gegara AS-China, IHSG Tertolong Deflasi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2019 09:41

Namun mulai pertengahan pekan, sentimen ini mulai mereda. Investor mulai tergoda melakukan ambil untung (profit taking) dari kenaikan yang terjadi sebelumnya.
Ditambah lagi sikap AS yang berubah kembali galak kepada China. Lighthizer dalam paparannya di depan Komisi Perpajakan House of Representatives menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China. Dia pun membuka kemungkinan AS untk kembali menerapkan kenaikan bea masuk bagi produk-produk made in China.
Trump kemudian ikut memanaskan situasi. Dirinya menyatakan siap membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan.
"Saya selalu siap untuk keluar. Saya tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China," tegasnya, dikutip dari Reuters.
Ini membuat pasar saham Asia kembali ditinggalkan karena investor memilih untuk bermain aman. Prospek damai dagang AS-China yang samar-samar memang menjadi sebuah risiko besar bagi perekonomian global.
Akan tetapi pada akhir pekan datang sebuah sentimen positif yang mampu mendorong laju IHSG, yaitu rilis data inflasi. Pada Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi 0,08% secara month-to-month (MtM) dan 2,57% year-on-year (YoY).
Laju inflasi yang 'santai', bahkan ada deflasi secara bulanan, adalah pertanda tidak ada tekanan kenaikan harga yang berarti di tingkat konsumen. Ini menjadi ruang untuk mendongkrak daya beli.
Akibatnya, saham-saham barang konsumsi menjadi buruan pelaku pasar. Di perdagangan akhir pekan, indeks saham barang konsumsi melonjak 2,36% dan menjadi pendorong utama penguatan IHSG yang sebesar 0,88%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ditambah lagi sikap AS yang berubah kembali galak kepada China. Lighthizer dalam paparannya di depan Komisi Perpajakan House of Representatives menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China. Dia pun membuka kemungkinan AS untk kembali menerapkan kenaikan bea masuk bagi produk-produk made in China.
Trump kemudian ikut memanaskan situasi. Dirinya menyatakan siap membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan.
Ini membuat pasar saham Asia kembali ditinggalkan karena investor memilih untuk bermain aman. Prospek damai dagang AS-China yang samar-samar memang menjadi sebuah risiko besar bagi perekonomian global.
Akan tetapi pada akhir pekan datang sebuah sentimen positif yang mampu mendorong laju IHSG, yaitu rilis data inflasi. Pada Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi 0,08% secara month-to-month (MtM) dan 2,57% year-on-year (YoY).
Laju inflasi yang 'santai', bahkan ada deflasi secara bulanan, adalah pertanda tidak ada tekanan kenaikan harga yang berarti di tingkat konsumen. Ini menjadi ruang untuk mendongkrak daya beli.
Akibatnya, saham-saham barang konsumsi menjadi buruan pelaku pasar. Di perdagangan akhir pekan, indeks saham barang konsumsi melonjak 2,36% dan menjadi pendorong utama penguatan IHSG yang sebesar 0,88%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular