
Walau Investor Asing Jualan Rp 165 M, IHSG Menguat 0,86%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 March 2019 12:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,39%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperlebar penguatannya menjadi 0,86% per akhir sesi 1 ke level 6.498,98.
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 1,14%, indeks Shanghai naik 0,14%, indeks Hang Seng naik 0,45%, dan indeks Straits Times naik 0,43%.
Rilis data ekonomi sukses mendorong kinerja bursa saham regional. Dari negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia yakni AS, kemarin (28/2/2018) pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,6% (QoQ annualized).
Memang ada perlambatan dibandingkan capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,4%, namun capaian pada kuartal-IV 2018 berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut memberikan kelegaan bagi investor. Pasalnya, data tersebut menunjukkan bahwa dampak dari perang dagang dengan China terhadap perekonomian AS tak separah seperti yang diproyeksikan para ekonom.
Dari kawasan regional sendiri, rilis data ekonomi yang ada juga mendukung. Pada pagi hari ini, Manufacturing PMI China periode Februari 2019 versi Caixin diumumkan di level 49,9.
Sejatinya, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengawali kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, kontraksi yang terjadi tak sedalam ekspektasi. Melansir Trading Economics, konsensus untuk data tersebut berada di level 48,5.
Beralih ke Jepang, pembacaan akhir untuk data Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi Nikkei diumumkan di level 48,9, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Trading Economics. Indeks sektor barang konsumsi yang melejit 1,53% menjadi motor utama penguatan IHSG. Saham-saham barang konsumsi gencar diburu investor menyusul rilis data Indeks Harga Konsumsi (IHK) periode Februari 2019.
Pada pagi hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Sejatinya, deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk IHK lainnya membukukan kenaikan harga.
Lantas, secara keseluruhan investor melihat bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan atau distirbusi yang baik.
Lantaran daya beli masyarakat Indonesia dianggap masih kuat, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan.
Memasuki bulan Maret, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengungkapkan bahwa diharapkan harga beras bisa lebih rendah, seiring dengan Indonesia yang memasuki puncak panen.
Jika harga bahan makanan bisa terus dijaga di level yang rendah, tentu daya beli masyarakat akan semakin kuat.
Saham-saham barang konsumsi yang banyak diburu investor diantaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 4,74%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF ( 2,01%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP ( 1,22%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF ( 1,06%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 0,87%). Penguatan IHSG pada hari ini didorong oleh investor domestik. Pasalnya, investor asing justru membukukan jual bersih senilai Rp 165 miliar per akhir sesi 1. Pelemahan rupiah mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,36% di pasar spot ke level Rp 14.110/dolar AS.
Sebagai informasi, pelemahan rupiah juga membuat investor asing membukukan jual bersih pada perdagangan kemarin (28/2/2019). Kemarin, rupiah melemah 0,25% di pasar spot dan investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 1,29 triliun.
5 besar saham yang dilepas investor asing per akhir sesi 1 adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 36,4 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 32,6 miliar), PT JAPFA Tbk/JPFA (Rp 31,1 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 29 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 27,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 1,14%, indeks Shanghai naik 0,14%, indeks Hang Seng naik 0,45%, dan indeks Straits Times naik 0,43%.
Rilis data ekonomi sukses mendorong kinerja bursa saham regional. Dari negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia yakni AS, kemarin (28/2/2018) pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,6% (QoQ annualized).
Rilis data tersebut memberikan kelegaan bagi investor. Pasalnya, data tersebut menunjukkan bahwa dampak dari perang dagang dengan China terhadap perekonomian AS tak separah seperti yang diproyeksikan para ekonom.
Dari kawasan regional sendiri, rilis data ekonomi yang ada juga mendukung. Pada pagi hari ini, Manufacturing PMI China periode Februari 2019 versi Caixin diumumkan di level 49,9.
Sejatinya, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengawali kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, kontraksi yang terjadi tak sedalam ekspektasi. Melansir Trading Economics, konsensus untuk data tersebut berada di level 48,5.
Beralih ke Jepang, pembacaan akhir untuk data Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi Nikkei diumumkan di level 48,9, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Trading Economics. Indeks sektor barang konsumsi yang melejit 1,53% menjadi motor utama penguatan IHSG. Saham-saham barang konsumsi gencar diburu investor menyusul rilis data Indeks Harga Konsumsi (IHK) periode Februari 2019.
Pada pagi hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Sejatinya, deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk IHK lainnya membukukan kenaikan harga.
Lantas, secara keseluruhan investor melihat bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan atau distirbusi yang baik.
Lantaran daya beli masyarakat Indonesia dianggap masih kuat, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan.
Memasuki bulan Maret, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengungkapkan bahwa diharapkan harga beras bisa lebih rendah, seiring dengan Indonesia yang memasuki puncak panen.
Jika harga bahan makanan bisa terus dijaga di level yang rendah, tentu daya beli masyarakat akan semakin kuat.
Saham-saham barang konsumsi yang banyak diburu investor diantaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 4,74%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF ( 2,01%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP ( 1,22%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF ( 1,06%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 0,87%). Penguatan IHSG pada hari ini didorong oleh investor domestik. Pasalnya, investor asing justru membukukan jual bersih senilai Rp 165 miliar per akhir sesi 1. Pelemahan rupiah mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,36% di pasar spot ke level Rp 14.110/dolar AS.
Sebagai informasi, pelemahan rupiah juga membuat investor asing membukukan jual bersih pada perdagangan kemarin (28/2/2019). Kemarin, rupiah melemah 0,25% di pasar spot dan investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 1,29 triliun.
5 besar saham yang dilepas investor asing per akhir sesi 1 adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 36,4 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 32,6 miliar), PT JAPFA Tbk/JPFA (Rp 31,1 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 29 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 27,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular