Terima Kasih Negeri K-Pop, Rupiah Tak Jadi yang Terlemah!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 February 2019 17:52
Hubungan AS-China Juga Bisa Memanas
Foto: Bursa Jepang (REUTERS/Issei Kato)
Selain hubungan dengan Korea Utara, hubungan AS dengan China juga bisa memanas. Bukan terkait senjata nuklir, namun terkait masalah perdagangan.

Dalam beberapa hari terakhir, optimisme pelaku pasar atas prospek damai dagang AS-China membuncah pasca Trump memutuskan untuk memperpanjang periode gencatan senjata dengan China.

Namun, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang kedua negara seolah mengingatkan investor bahwa damai dagang AS-China masih jauh dari realita.

Berbicara di hadapan House Ways and Means Committee, Lighthizer menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China.

"Kenyataannya adalah ini menjadi tantangan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Saya tidak cukup bodoh untuk percaya satu negosiasi bisa mengubahnya," kata Lighthizer, mengutip Reuters.

Apabila AS-China sampai batal mencapai kesepakatan damai dagang, lanjut Lighthizer, maka dirinya tidak akan segan untuk kembali menaikkan bea masuk. Sebab bea masuk adalah satu-satunya alat untuk menekan China agar melakukan reformasi struktural.

Akibat potensi memanasnya hubungan AS dengan Korea Utara dan China, dolar AS selaku safe haven praktis menjadi incaran investor, walaupun sejatinya data ekonomi AS tak mendukung bagi greenback.

Kemarin (27/2/2019) pemesanan produk-produk manufaktur periode Desember 2018 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan hingga 1,5% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sehari sebelumnya yakni pada hari Selasa (26/2/2019), angka pembangunan hunian baru periode Desember 2018 diumumkan sejumlah 1,08 juta unit saja (annualized), di bawah konsensus yang sejumlah 1,25 juta unit, juga dilansir dari Forex Factory.

Lemahnya data-data ekonomi tersebut berpotensi memaksa The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk terus menahan suku bunga acuan di tingkat yang rendah.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 27 Februari 2019, kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini mencapai 83%, jauh lebih tinggi dari posisi bulan lalu yang sebesar 72,5% saja.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular