Perang Dagang Masih Bisa Tereskalasi, Bursa Saham Asia Loyo

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 February 2019 09:22
Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka melemah pada perdagangan hari ini.
Foto: Bursa Korea Selatan (REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka melemah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,09%, indeks Shanghai turun 0,13%, indeks Hang Seng turun 0,13%, indeks Straits Times turun 0,01%, dan indeks Kospi turun 0,14%.

Pasca optimisme pelaku pasar atas potensi damai dagang AS-China membuncah lantaran Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memperpanjang periode gencatan senjata dengan China, kini investor dibuat kembali membumi oleh tokoh penting dalam negosiasi dagang kedua negara.

Berbicara di hadapan House Ways and Means Committee, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China.

"Kenyataannya adalah ini menjadi tantangan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Saya tidak cukup bodoh untuk percaya satu negosiasi bisa mengubahnya," kata Lighthizer, mengutip Reuters.

Apabila AS-China sampai batal mencapai kesepakatan damai dagang, lanjut Lighthizer, maka dirinya tidak akan segan untuk kembali menaikkan bea masuk. Sebab bea masuk adalah satu-satunya alat untuk menekan China agar melakukan reformasi struktural.

Sebagai informasi, reformasi struktural yang dimaksud oleh Lighthizer adalah mengneai pemaksaan transfer teknologi terhadap perusahaan asal AS yang menjalankan bisnisnya di China. Ada juga permasalahan manipulasi kurs untuk mendongrak kinerja ekspor.

Sejauh ini, perekonomian kedua negara terlihat sudah tersakiti oleh perang dagang yang berkecamuk. Di AS, kemarin (27/2/2019) pemesanan produk-produk manufaktur periode Desember 2018 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan hingga 1,5% MoM, seperti dilansir dari Trading Economics.

Jika perang dagang justru tereskalasi nantinya, dipastikan tekanan terhadap perekonomian AS dan China akan menjadi semakin besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular