
Harga Batu Bara Melambung, Laba United Tractors Naik 50%
Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 February 2019 17:33

Jakarta, CNBC Indonesia - PT United Tractors Tbk (UNTR) mengantongi pertumbuhan laba bersih mencapai 50,28% sepanjang tahun lalu. Perusahaan meraup untung sampai dengan Rp 11,12 triliun dibanding dengan tahun lalu yang sebesar Rp 7,40 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, tahun lalu perusahaan mengantongi pendapatan sebesar Rp 84,62 triliun. Secara tahunan jumlah tersebut tumbuh 31,08% dari pendapatan di tahun sebelumnya yang senilai Rp 64,55 triliun.
Pendapatan tersebut disumbangkan paling besar oleh bisnis kontraktor pertambangan mencapai 48% atau setara dengan Rp 40,55 triliun. Bisnis penjualan mesin konstruksi selanjutnya menyusul dengan kontribusi sebesar 35% atau senilai Rp 29,61 triliun.
Bisnis pertambangan-nya berkontribusi sebesar 4% atas pendapatan perusahaan dan disusul kemudian oleh bisnis konstruksi sebesar 4%. Secara berturut-turut kedua bisnis ini menyumbang sebesar Rp 10,72 triliun dan Rp 3,72 triliun.
Di bisnis kontraktor pertambangan, PT Pamapersada Nusantara mencatat peningkatan volume produksi batu bara dari 112,6 juta ton menjadi 125,1 juta ton, sementara itu volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat dari 800,8 juta bcm menjadi 979,4 juta bcm.
Sepanjang tahun lalu penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 4.878 unit atau naik 29% jika dibandingkan tahun 2017. Pendorong-nya adalah peningkatan permintaan alat berat dari seluruh sektor.
Dari total penjualan alat berat tersebut, sebanyak 51% diserap sektor pertambangan, 24% diserap sektor konstruksi, 15% diserap sektor perkebunan, dan sisanya sebesar 10% ke sektor kehutanan.
Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 32% menjadi Rp9,4 triliun. Penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucks mengalami peningkatan dari 700 unit menjadi 808 unit, sementara penjualan produk Scania menurun dari 1.116 unit menjadi 792 unit.
Secara keseluruhan pendapatan lini bisnis Mesin Konstruksi meningkat 20% menjadi sebesar Rp29,6 triliun dibandingkan Rp24,7 triliun pada tahun 2017.
Dari bisnis pertambangan, PT Tuah Turangga Agung berhasil penjualan batu bara mencapai 7,0 juta ton atau naik sebesar 11% dari 6,3 juta ton pada tahun 2017. Adanya peningkatan rata- rata harga jual batu bara membuat pendapatan unit usaha Pertambangan mencatat peningkatan sebesar 49% menjadi Rp10,7 triliun.
Selain itu, tambang Martabe yang baru diakuisisi tahun lalu telah melalukan penjualan emas sekitar 35.000 ons.
PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan laba bersih yang lebih rendah dibanding dengan 2017 sebab beberapa perubahan yang terjadi pada proyek berjalan yang berakibat pada pengakuan kenaikan biaya konstruksi dan biaya keuangan.
Nilai kontrak baru yang diperoleh sampai dengan bulan Desember tahun 2018 mencapai Rp1,6 triliun yang berasal dari proyek infrastruktur, fondasi dan struktur, dengan kontribusi masing masing sebesar 37%, 30% dan 33%.
(hps) Next Article Makin Tertekan, HERO Merugi hingga Rp 1,25 T
Berdasarkan laporan keuangan, tahun lalu perusahaan mengantongi pendapatan sebesar Rp 84,62 triliun. Secara tahunan jumlah tersebut tumbuh 31,08% dari pendapatan di tahun sebelumnya yang senilai Rp 64,55 triliun.
Pendapatan tersebut disumbangkan paling besar oleh bisnis kontraktor pertambangan mencapai 48% atau setara dengan Rp 40,55 triliun. Bisnis penjualan mesin konstruksi selanjutnya menyusul dengan kontribusi sebesar 35% atau senilai Rp 29,61 triliun.
Di bisnis kontraktor pertambangan, PT Pamapersada Nusantara mencatat peningkatan volume produksi batu bara dari 112,6 juta ton menjadi 125,1 juta ton, sementara itu volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat dari 800,8 juta bcm menjadi 979,4 juta bcm.
Sepanjang tahun lalu penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 4.878 unit atau naik 29% jika dibandingkan tahun 2017. Pendorong-nya adalah peningkatan permintaan alat berat dari seluruh sektor.
Dari total penjualan alat berat tersebut, sebanyak 51% diserap sektor pertambangan, 24% diserap sektor konstruksi, 15% diserap sektor perkebunan, dan sisanya sebesar 10% ke sektor kehutanan.
Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 32% menjadi Rp9,4 triliun. Penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucks mengalami peningkatan dari 700 unit menjadi 808 unit, sementara penjualan produk Scania menurun dari 1.116 unit menjadi 792 unit.
Secara keseluruhan pendapatan lini bisnis Mesin Konstruksi meningkat 20% menjadi sebesar Rp29,6 triliun dibandingkan Rp24,7 triliun pada tahun 2017.
Dari bisnis pertambangan, PT Tuah Turangga Agung berhasil penjualan batu bara mencapai 7,0 juta ton atau naik sebesar 11% dari 6,3 juta ton pada tahun 2017. Adanya peningkatan rata- rata harga jual batu bara membuat pendapatan unit usaha Pertambangan mencatat peningkatan sebesar 49% menjadi Rp10,7 triliun.
Selain itu, tambang Martabe yang baru diakuisisi tahun lalu telah melalukan penjualan emas sekitar 35.000 ons.
PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan laba bersih yang lebih rendah dibanding dengan 2017 sebab beberapa perubahan yang terjadi pada proyek berjalan yang berakibat pada pengakuan kenaikan biaya konstruksi dan biaya keuangan.
Nilai kontrak baru yang diperoleh sampai dengan bulan Desember tahun 2018 mencapai Rp1,6 triliun yang berasal dari proyek infrastruktur, fondasi dan struktur, dengan kontribusi masing masing sebesar 37%, 30% dan 33%.
(hps) Next Article Makin Tertekan, HERO Merugi hingga Rp 1,25 T
Most Popular