
Kabar Baik, Harga Batu Bara Mulai Naik
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 February 2019 10:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak Maret di pasar ICE berbalik arah menguat sebesar 1,17% ke posisi US$ 94,8/metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa kemarin (26/2/2019).
Penguatan harga batu bara kemarin terjadi setelah sebelumnya ditutup melemah 1,42% pada perdagangan hari Senin (25/2/2019).
Selama sepekan, harga batu bara telah terkoreksi 0,42% secara point-to-point. Sedangkan sejak awak tahun, harga komoditas ekspor andalan Indonesia ini tercatat turun 7,1%.
Damai dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang semakin di depan mata mampu membangkitkan optimisme permintaan batu bara.
Dalam pertemuan dengan para gubernur di Gedung Putih kemarin, Presiden AS, Donald Trump menegaskan bahwa AS-China sudah sangat dekat untuk menyepakati sebuah perjanjian dagang. Kesepakatan ini akan dirampungkan dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Xi dalam waktu dekat.
"Saya rasa ini (kesepakatan dagang) akan terwujud, dan bisa segera. Hubungan (AS-China) begitu baik, kedua pihak sudah sangat-sangat dekat (dengan kesepakatan dagang).
Kami akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi lagi, akan ada penandatanganan. Semoga semua bisa diselesaikan, kami sudah sangat-sangat dekat," tegas Trump.
Bila hubungan dagang dua raksasa ekonomi terbesar dunia kembali lancar, maka dampaknya akan melebar. Rantai pasokan dunia kembali mengalir deras dan permintaan energi di sektor-sektor manufaktur bisa meningkat.
Namun demikian, pembatasan impor batu bara yang masih berlanjut di China juga masih memberikan sentimen negatif.
Terlebih minggu lalu beredar kabar bahwa Pelabuhan Dalian, China memblokir batu bara asal Australia. Meskipun belakangan, pemerintah China membantah kabar tersebut.
Juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang mengatakan laporan larangan di Dalian adalah "kesalahan", mengutip AFP. "Pelabuhan-pelabuhan China menerima deklarasi impor batu bara dari semua negara termasuk Australia," kata Geng dalam sebuah briefing rutin.
Pasalnya, China merupakan konsumen batu bara utama dunia, yang tentunya mempengaruhi keseimbangan fundamental di pasar global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Penguatan harga batu bara kemarin terjadi setelah sebelumnya ditutup melemah 1,42% pada perdagangan hari Senin (25/2/2019).
Selama sepekan, harga batu bara telah terkoreksi 0,42% secara point-to-point. Sedangkan sejak awak tahun, harga komoditas ekspor andalan Indonesia ini tercatat turun 7,1%.
Damai dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang semakin di depan mata mampu membangkitkan optimisme permintaan batu bara.
Dalam pertemuan dengan para gubernur di Gedung Putih kemarin, Presiden AS, Donald Trump menegaskan bahwa AS-China sudah sangat dekat untuk menyepakati sebuah perjanjian dagang. Kesepakatan ini akan dirampungkan dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Xi dalam waktu dekat.
"Saya rasa ini (kesepakatan dagang) akan terwujud, dan bisa segera. Hubungan (AS-China) begitu baik, kedua pihak sudah sangat-sangat dekat (dengan kesepakatan dagang).
Kami akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi lagi, akan ada penandatanganan. Semoga semua bisa diselesaikan, kami sudah sangat-sangat dekat," tegas Trump.
Bila hubungan dagang dua raksasa ekonomi terbesar dunia kembali lancar, maka dampaknya akan melebar. Rantai pasokan dunia kembali mengalir deras dan permintaan energi di sektor-sektor manufaktur bisa meningkat.
Namun demikian, pembatasan impor batu bara yang masih berlanjut di China juga masih memberikan sentimen negatif.
Terlebih minggu lalu beredar kabar bahwa Pelabuhan Dalian, China memblokir batu bara asal Australia. Meskipun belakangan, pemerintah China membantah kabar tersebut.
Juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang mengatakan laporan larangan di Dalian adalah "kesalahan", mengutip AFP. "Pelabuhan-pelabuhan China menerima deklarasi impor batu bara dari semua negara termasuk Australia," kata Geng dalam sebuah briefing rutin.
Pasalnya, China merupakan konsumen batu bara utama dunia, yang tentunya mempengaruhi keseimbangan fundamental di pasar global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular