
Analisis Teknikal
Harga Minyak Turun, Rupiah Menguat ke Bawah Rp 14.000/US$
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
26 February 2019 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang siang, Selasa (26/2/2019). Hingga pukul 12:00 WIB, US$1 dibandrol Rp 13.985. Rupiah menguat 0,21% jika dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Sentimen positif ingar-bingar dari perang dagang yang semakin pudar membuat sebagian besar mata uang negara Asia termasuk rupiah menguat. Sentimen tersebut sejatinya mulai menipis karena menunggu rencana finalisasi dokumen perjanjian dagang.
Sentimen lainnya yang mendorong penguatan rupiah adalah penurunan harga minyak mentah. Penurunan harga minyak akan membuat devisa yang terbuang untuk importasi komoditas tersebut menjadi lebih sedikit. Harga minyak jenis Brent kontrak April anjlok 3,25%, Senin (25/2/2019) malam kemarin namun kembali naik tipis 0,29% ke posisi US$ 64,95/barel, Selasa.
Sedangkan harga minyak jenis lightsweet (WTI) kontrak April juga terjun 3,11% pada penutupan perdagangan sebelumnya namun kembali menguat 0,09% ke posisi US$ 55,53/barel hari ini.
Secara teknikal, rupiah masih memegang kendali penguatan dibandingkan lawannya yakni dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini tercermin dari pergerakan Dolar AS yang bergerak di bawah rata-ratanya selama lima hari (moving average five/MA5).
Mengacu pada indikator teknikal bersifat momentum stochastic slow, ruang penguatan rupiah masih terbuka karena belum memasuki level jenuh belinya (overbought).
Penguatan rupiah berpotensi sedikit terbatas mengingat level Rp 14.000 per dolar AS merupakan penghalang penguatan (resistance) yang cukup kuat.
Rupiah awal Februari memang sempat bergerak di bawah Rp 14.000 sebelum kembali bergerak ke atas level tersebut karena neraca berjalan defisit (Current Account Deficit/CAD) di atas 3,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Sentimen positif ingar-bingar dari perang dagang yang semakin pudar membuat sebagian besar mata uang negara Asia termasuk rupiah menguat. Sentimen tersebut sejatinya mulai menipis karena menunggu rencana finalisasi dokumen perjanjian dagang.
Sentimen lainnya yang mendorong penguatan rupiah adalah penurunan harga minyak mentah. Penurunan harga minyak akan membuat devisa yang terbuang untuk importasi komoditas tersebut menjadi lebih sedikit. Harga minyak jenis Brent kontrak April anjlok 3,25%, Senin (25/2/2019) malam kemarin namun kembali naik tipis 0,29% ke posisi US$ 64,95/barel, Selasa.
Secara teknikal, rupiah masih memegang kendali penguatan dibandingkan lawannya yakni dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini tercermin dari pergerakan Dolar AS yang bergerak di bawah rata-ratanya selama lima hari (moving average five/MA5).
![]() |
Penguatan rupiah berpotensi sedikit terbatas mengingat level Rp 14.000 per dolar AS merupakan penghalang penguatan (resistance) yang cukup kuat.
Rupiah awal Februari memang sempat bergerak di bawah Rp 14.000 sebelum kembali bergerak ke atas level tersebut karena neraca berjalan defisit (Current Account Deficit/CAD) di atas 3,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular