Investor Asing Borong Rp 264,3 M, IHSG Melesat 0,37%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 February 2019 17:15
Investor Asing Borong Rp 264,3 M, IHSG Melesat 0,37%
Jakarta, CNBC Indonesia - Tak sekalipun jatuh ke zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan pertama di awal pekan ini dengan penguatan sebesar 0,37% ke level 6.525,36.

Kinerja IHSG hari ini, Senin (25/2/2019), senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 0,48%, indeks Shanghai naik 5,6%, indeks Hang Seng naik 0,5%, indeks Straits Times naik 0,11%, dan indeks Kospi naik 0,09%.

Mesranya hubungan AS-China di bidang perdagangan menjadi motor utama penggerak bursa saham Benua Kuning. Akhirnya, momen yang ditunggu-tunggu pelaku pasar tiba. Pada Minggu (24/2/2019) malam waktu AS atau Senin pagi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perpanjangan periode 'gencatan senjata' bidang perdagangan AS-China melalui serangkaian cuitan di Twitter.

Sejatinya jika periode gencatan senjata tak diperpanjang, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% dari yang saat ini 10% mulai 2 Maret.

"Saya senang melaporkan bahwa AS telah membuat kemajuan berarti dalam pembicaraan dagang kami dengan China terkait beberapa isu struktural penting, termasuk perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang dan banyak isu lainnya," tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Investor Asing Masuk Rp 264,3 Miliar, IHSG Ditutup Naik 0,37%Foto: Twitter

"Sebagai hasil dari pembicaraan yang sangat produktif ini, saya akan menunda kenaikan bea impor AS yang dijadwalkan pada 1 Maret. Dengan mengasumsikan kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan, kami akan merencanakan pertemuan tingkat tinggi bagi Presiden Xi dan saya di Mar-a-Lago untuk merampungkan perjanjian. Akhir pekan yang sangat baik untuk AS dan China!" tambahnya.


Perpanjangan 'gencatan senjata' ini diumumkan pascakedua negara menggelar negosiasi dagang di Washington pada pekan lalu. Pada Selasa hingga Rabu, negosiasi yang digelar adalah di tingkat wakil menteri. Sementara pada Kamis dan Jumat, negosiasi tingkat menteri digelar, melibatkan dua tokoh penting yakni Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He. Saking seriusnya, kedua negara memutuskan untuk memperpanjang negosiasi hingga hari Minggu.

Berbicara di Gedung Putih pascapengumuman periode 'gencatan senjata' melalui Twitter, Trump mengatakan bahwa bisa jadi ada "berita yang sangat penting pada minggu ini atau minggu depan" jika negosiasi dagang berlangsung dengan baik.

"China telah (bersikap) luar biasa. Kami ingin membuat sebuah kesepakatan yang baik untuk kedua negara dan itulah yang benar-benar akan kami lakukan," papar Trump. Sektor jasa keuangan yang menguat 0,57% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Penguatan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,11%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,54%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,86%.

Damai dagang AS-China yang kian dekat membuat investor gencar memburu saham-saham bank BUKU 4. Sejauh ini, balas-membalas bea masuk yang dilakukan kedua negara jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing, berikut perekonomian dunia. Jika sampai bea masuk tersebut dipangkas habis alias dihilangkan, tentu arus perdagangan dunia akan kembali pulih dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi.


Permintaan atas kredit lantas berpotensi meningkat dan mengerek naik pendapatan dari bank-bank di tanah air.

Selain itu, pergerakan rupiah juga mendukung untuk melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,28% di pasar spot ke level Rp 14.015/dolar AS.

Selain karena perpanjangan periode gencatan senjata AS-China, kinerja rupiah terkerek oleh komentar bernada kalem atau dovish dari pejabat The Federal Reserve yang merupakan bank sentral AS. Kini, sejumlah pejabat The Fed mulai mencemaskan angka inflasi yang relatif rendah, pertanda ekonomi sedang kurang bergairah.

"Angka pengangguran turun ke level terendah dalam hampir 50 tahun, tetapi inflasi jarang menyentuh target 2%. Kita harus waspada dengan ekspektasi inflasi, jangan sampai terjangkau terlalu rendah," tegas Presiden The Fed New York John Williams, seperti dikutip dari Reuters.

"Inflasi sudah cukup lama berada di bawah target. Jangan terlalu cepat puas," tambah Presiden The Fed San Francisco Mary Daly, juga mengutip Reuters.


Pernyataan Williams dan Daly diinterpretasikan oleh pelaku pasar bahwa The Fed akan membiarkan laju inflasi agak terakselerasi. Hal ini akan dilakukan dengan menahan tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan.

Pernyataan pejabat The Fed tersebut lantas menepis kekhawatiran yang sempat muncul bahwa bank sentral masih akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini. Kekhawatiran ini muncul menyusul rilis risalah rapat The Fed edisi Januari 2019.

"Banyak peserta rapat berpandangan bahwa menahan suku bunga acuan di tingkat yang sekarang untuk beberapa waktu bisa menimbulkan risiko. Oleh karena itu, jika ketidakpastian berkurang maka The Fed perlu meninjau kembali stance sabarnya," sebut risalah rapat The Fed. Selain ampuh dalam mendorong aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4, penguatan rupiah juga terbukti ampuh dalam mendorong investor asing masuk ke pasar saham tanah air.

Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 264,3 miliar.

5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 174,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 135,9 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 65,8 miliar), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (Rp 58,4 miliar), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 55,9 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Asing Masuk Rp 400 M Lebih, IHSG Malah Turun 0,4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular