
Setelah Ranking 2 Pekan Lalu, ke Mana Arah Rupiah Pekan Ini?
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
25 February 2019 08:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepekan lalu, mata uang rupiah berhasil menguat 0,62% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan Jumat (22/2/2019), rupiah menguat di level Rp 14.055 terhadap dolar AS.
Bahkan, berdasarkan data Refinitiv, di antara mata uang negara lain di Asia, rupiah berhasil menduduki peringkat terkuat kedua atas dolar AS, setelah yuan China yang menguat 0,84%. Penguatan berikutnya disusul oleh peso Filipina 0,52%.
Di sisi lain, mata uang negara Asia lain terkapar terhadap keperkasaan dolar AS yakni baht Thailand dan yen Jepang. Pasalnya, baik baht maupun yen masing-masing terdepresiasi 0,16% dan 0,18%.
Penguatan mata uang negara-negara di Asia ini mendapat sentimen positif dari indikasi bakal rampungnya perjanjian damai dagang antara AS-China.
Delegasi kedua negara pun telah bertemu guna membahas kesepakatan menuju damai dagang yang tenggatnya pada 1 Maret 2019. Bahkan, presiden kedua negara pun telah menunjukkan sinyal positif.
Di sisi lain, kondisi dalam domestik Indonesia juga turut mendukung penguatan Rupiah. Apalagi keputusan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan di level 6% juga sesuai dengan ekspektasi dan proyeksi pasar. Dengan keputusan bank sentral ini, maka arah kebijakan moneter BI sudah jauh dari kata hawkish atau agresif sebagaimana sebelumnya.
Padahal, sebelumnya, kata-kata seperti hawkish, preemptive (antisipatif), front loading (penerbitan surat berharga di awal tahun), dan ahead the curve (bersifat mendahului dibandingkan negara lain) sering keluar dari bibir Gubernur BI Perry Warjiyo, dan menandakan bahwa BI akan agresif dalam melanjutkan pengetatan moneter.
Pada pembukaan pasar spot hari ini, Senin (25/2/2019). nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat ke bawah Rp 14.000. US$ 1 dibanderol Rp 13.985, menguat 0,5% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Lalu, bagaimana dengan pergerakan Rupiah sepanjang pekan ini? Mampukah Rupiah mempertahankan prestasinya?
(tas) Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer
Bahkan, berdasarkan data Refinitiv, di antara mata uang negara lain di Asia, rupiah berhasil menduduki peringkat terkuat kedua atas dolar AS, setelah yuan China yang menguat 0,84%. Penguatan berikutnya disusul oleh peso Filipina 0,52%.
Penguatan mata uang negara-negara di Asia ini mendapat sentimen positif dari indikasi bakal rampungnya perjanjian damai dagang antara AS-China.
Delegasi kedua negara pun telah bertemu guna membahas kesepakatan menuju damai dagang yang tenggatnya pada 1 Maret 2019. Bahkan, presiden kedua negara pun telah menunjukkan sinyal positif.
Padahal, sebelumnya, kata-kata seperti hawkish, preemptive (antisipatif), front loading (penerbitan surat berharga di awal tahun), dan ahead the curve (bersifat mendahului dibandingkan negara lain) sering keluar dari bibir Gubernur BI Perry Warjiyo, dan menandakan bahwa BI akan agresif dalam melanjutkan pengetatan moneter.
Pada pembukaan pasar spot hari ini, Senin (25/2/2019). nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat ke bawah Rp 14.000. US$ 1 dibanderol Rp 13.985, menguat 0,5% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Lalu, bagaimana dengan pergerakan Rupiah sepanjang pekan ini? Mampukah Rupiah mempertahankan prestasinya?
(tas) Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer
Most Popular