
Perang Dagang Bakal Berakhir, Wall Street Akan ke Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 February 2019 19:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di Wall Street AS diprediksi akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (22/2/2019). Kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 mengimplikasikan kenaikan masing-masing sebesar 84 dan 8 poin, sementara indeks Nasdaq Composite diimplikasikan naik sebesar 21 poin.
Optimisme bahwa AS dan China akan mampu mengakhiri perang dagang yang sudah berkecamuk selama 7 bulan membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor.
Reuters memberitakan bahwa AS dan China sudah mulai menyusun nota kesepahaman (MoU) untuk mengakhiri perang dagang antarkedua negara. Delegasi kedua negara menyusun sebanyak enam nota kesepahaman yang mencakup berbagai isu yakni pemaksaaan transfer teknologi dan pencurian kekayaan intelektual, hak kekayaan intelektual, sektor jasa, nilai tukar, agrikultur, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan, menurut dua orang sumber yang mengetahui masalah tersebut, seperti dilansir dari Reuters.
Sebagai informasi, sejak kemarin (21/2/2019) AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington, melibatkan dua tokoh penting yakni Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Memang, jalannya negosiasi bisa dibilang tak mulus. Sumber-sumber yang mengetahui jalannya negosiasi itu mengatakan bahwa Washington dan Beijing masih belum sepakat mengenai detil nota kesepakatan di MoU. Salah satu hal yang mengganjal adalah terkait dengan mekanisme pengawasan yang akan membuat China mematuhi seluruh kesepakatan yang telah diteken.
Namun, pelaku pasar tetap optimistis bahwa kedua belah pihak bisa segera menyelesaikan segala perbedaan yang ada. Apalagi, Presiden AS Donald Trump akan menjamu Liu He pada Jumat ini di Gedung Putih.
Optimsime bahwa AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan dagang terbukti cukup untuk membuat investor beranjak dari rilis data ekonomi yang mengecewakan.
Kemarin, pertumbuhan pemesanan barang tahan lama inti AS periode Januari 2019 diumumkan sebesar 0,1% MoM, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 0,3% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory. Kemudian, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi Markit diumumkan di level 53,7, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 54,9.
Selain mencermati perkembangan dialog dagang AS-China, hari ini investor akan mencermati gelaran US Monetary Policy Forum di New York. Pasalnya, sebanyak 4 orang anggota FOMC termasuk Wakil Gubernur The Federal Reserve Richard Clarida dijadwalkan berbicara pada acara tersebut. Tiga orang anggota FOMC lain yang dijadwalkan berbicara selain Clarida adalah John Williams, James Bullard, dan Randal Quarles.
Investor akan memanfaatkan gelaran tersebut untuk mencari petunjuk terkait dengan arah kebijakan suku bunga acuan The Fed.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan untuk dirilis di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi
Optimisme bahwa AS dan China akan mampu mengakhiri perang dagang yang sudah berkecamuk selama 7 bulan membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor.
Reuters memberitakan bahwa AS dan China sudah mulai menyusun nota kesepahaman (MoU) untuk mengakhiri perang dagang antarkedua negara. Delegasi kedua negara menyusun sebanyak enam nota kesepahaman yang mencakup berbagai isu yakni pemaksaaan transfer teknologi dan pencurian kekayaan intelektual, hak kekayaan intelektual, sektor jasa, nilai tukar, agrikultur, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan, menurut dua orang sumber yang mengetahui masalah tersebut, seperti dilansir dari Reuters.
Sebagai informasi, sejak kemarin (21/2/2019) AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington, melibatkan dua tokoh penting yakni Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Memang, jalannya negosiasi bisa dibilang tak mulus. Sumber-sumber yang mengetahui jalannya negosiasi itu mengatakan bahwa Washington dan Beijing masih belum sepakat mengenai detil nota kesepakatan di MoU. Salah satu hal yang mengganjal adalah terkait dengan mekanisme pengawasan yang akan membuat China mematuhi seluruh kesepakatan yang telah diteken.
Namun, pelaku pasar tetap optimistis bahwa kedua belah pihak bisa segera menyelesaikan segala perbedaan yang ada. Apalagi, Presiden AS Donald Trump akan menjamu Liu He pada Jumat ini di Gedung Putih.
Optimsime bahwa AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan dagang terbukti cukup untuk membuat investor beranjak dari rilis data ekonomi yang mengecewakan.
Kemarin, pertumbuhan pemesanan barang tahan lama inti AS periode Januari 2019 diumumkan sebesar 0,1% MoM, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 0,3% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory. Kemudian, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi Markit diumumkan di level 53,7, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 54,9.
Selain mencermati perkembangan dialog dagang AS-China, hari ini investor akan mencermati gelaran US Monetary Policy Forum di New York. Pasalnya, sebanyak 4 orang anggota FOMC termasuk Wakil Gubernur The Federal Reserve Richard Clarida dijadwalkan berbicara pada acara tersebut. Tiga orang anggota FOMC lain yang dijadwalkan berbicara selain Clarida adalah John Williams, James Bullard, dan Randal Quarles.
Investor akan memanfaatkan gelaran tersebut untuk mencari petunjuk terkait dengan arah kebijakan suku bunga acuan The Fed.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan untuk dirilis di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi
Most Popular