
Antam Ajukan Tambahan Ekspor Bijih Nikel 1,1 Juta Ton
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
21 February 2019 12:38

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Aneka Tambang/Antam Tbk (ANTM) mengajukan izin tambahan kuota ekspor bijih nikel sebesar 1,1 juta ton untuk tahun ini. Saat ini, Surat Persetujuan Ekspor (SPE) tengah diproses.
Direktur Utama Antam Arie Ariotedjo mengatakan, pengajuan tambahan kuota ekspor tersebut ditujukan untuk proyek tambang Antam di Tanjung Buli, Maluku Utara.
"Saat ini persetujuan ekspor kami sebesar 3,9 juta ton bijih nikel. Jika SPE tersebut disetujui, maka kuota ekspor kami jadi lima juta ton," ujar Arie di Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, apabila SPE tersebut tidak lolos, berarti kuota ekspor perusahaan tetap di 3,9 juta ton, sama seperti di tahun lalu.
Adapun, untuk ekspor feronikel, tercatat sebesar 30 ribu ton.
Dari segi belanja modal, tahun ini perusahaan mengalokasikan Rp 3,4 juta ton, tidak jauh berbeda dari anggaran belanja modal tahun lalu. Hanya saja, untuk tahun ini, belanja modal akan lebih banyak digunakan untuk proyek baru yang akan dibangun.
"Tahun lalu kan lebih banyak untuk menyelesaikan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Halmahera timur. Nah, tahun ini akan banyak digunakan untuk proyek baru yang akan dibangun," pungkas Arie.
Sebagai informasi, Antam akan menambah penjualan emas di 2019 hingga 30 ton. Naik dari volume penjualan emas di 2018 mencapai 27,89 ton. Sedangkan, total volume produksi emas Antam stabil sebesar 1,9 ton.
Untuk produksi feronikel, di tahun ini ditargetkan bisa mencapai 30 ribu ton. Adapun, produksi tahun lalu tercatat sebesar 24,86 ribu TNi. Hal ini, lanjut Arie, didorong karena selesainya smelter ANTAM di Halmahera.
Sedangkan, penjualan Antam selama 2018 meningkat 99% menjadi Rp 25,22 triliun. Penyumbang terbesar adalah penjualan emas, yang berkontribusi 66% atau Rp 16,69 triliun. Jika ditambah dengan perak menjadi Rp 16,98 triliun.
Saksikan video Antam akan belanjakan Rp 3 triliun di 2019 di bawah ini
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Bos Antam Mengeluh, Produksi Naik tapi Harga Nikel Turun
Direktur Utama Antam Arie Ariotedjo mengatakan, pengajuan tambahan kuota ekspor tersebut ditujukan untuk proyek tambang Antam di Tanjung Buli, Maluku Utara.
Lebih lanjut, ia mengatakan, apabila SPE tersebut tidak lolos, berarti kuota ekspor perusahaan tetap di 3,9 juta ton, sama seperti di tahun lalu.
Adapun, untuk ekspor feronikel, tercatat sebesar 30 ribu ton.
Dari segi belanja modal, tahun ini perusahaan mengalokasikan Rp 3,4 juta ton, tidak jauh berbeda dari anggaran belanja modal tahun lalu. Hanya saja, untuk tahun ini, belanja modal akan lebih banyak digunakan untuk proyek baru yang akan dibangun.
"Tahun lalu kan lebih banyak untuk menyelesaikan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Halmahera timur. Nah, tahun ini akan banyak digunakan untuk proyek baru yang akan dibangun," pungkas Arie.
Sebagai informasi, Antam akan menambah penjualan emas di 2019 hingga 30 ton. Naik dari volume penjualan emas di 2018 mencapai 27,89 ton. Sedangkan, total volume produksi emas Antam stabil sebesar 1,9 ton.
Untuk produksi feronikel, di tahun ini ditargetkan bisa mencapai 30 ribu ton. Adapun, produksi tahun lalu tercatat sebesar 24,86 ribu TNi. Hal ini, lanjut Arie, didorong karena selesainya smelter ANTAM di Halmahera.
Sedangkan, penjualan Antam selama 2018 meningkat 99% menjadi Rp 25,22 triliun. Penyumbang terbesar adalah penjualan emas, yang berkontribusi 66% atau Rp 16,69 triliun. Jika ditambah dengan perak menjadi Rp 16,98 triliun.
Saksikan video Antam akan belanjakan Rp 3 triliun di 2019 di bawah ini
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Bos Antam Mengeluh, Produksi Naik tapi Harga Nikel Turun
Most Popular