Lelang Sukuk Negara Laris Manis, Harga SUN Makin Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
19 February 2019 18:49
Pemerintah berhasil menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara senilai Rp 8,12 triliun.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berhasil menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara senilai Rp 8,12 triliun. Dalam lelang hari ini, Selasa, (19/2/2019), minat penawaran investor yang masuk mencapai Rp 21,32 triliun.

Meskipun jumlah permintaan tersebut masih di bawah nilai rerata penerbitan SBSN sejak awal tahun Rp 8,8 triliun, tapi nilai penerbitan tersebut masih di atas target indikatif pemerintah sebesar Rp 8 triliun.

Dalam lelang tersebut, pemerintah hanya menerbitkan empat seri dari total lima seri yang dilelang.
 

Seri yang tidak diterbitkan adalah sukuk berbasis proyek (PBS) 022 yang jatuh tempo pada April 2034.
 

Untuk seri yang diterbitkan dalam lelang, masing-masing seri adalah surat perbendaharaan negara syariah (SPNS) 01082019 senilai Rp 1,3 triliun, PBS014 senilai Rp 2,8 triliun, PBS019 senilai Rp 1,62 triliun, dan PBS021 senilai Rp 2,4 triliun.

Penerbitan sukuk negara ini dilakukan ketika pasar sekunder surat utang negara (SUN) sedang mengapresiasi sentimen positif dari damai dagang AS-China. Progres selanjutnya, pertemuan perwakilan AS-China dijadwalkan akan berlanjut di Washington, pada Kamis pekan ini.

Hari ini, penguatan harga SUN terjadi pada seluruh seri acuan, yaitu FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.

Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SUN tercermin dari penurunan tingkat imbal hasilnya (yield).
 Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield
juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Seri acuan yang penurunan yield-nya paling besar adalah FR077 bertenor 5 tahun. Besaran penurunan yakni 2,3 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1%.    

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Feb 2019
SeriJatuh tempoYield 18 Feb 2019 (%)Yield 19 Feb 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 18 Feb'19
FR00775 tahun7.8217.798-2.307.7338
FR007810 tahun8.0117.993-1.807.9557
FR006815 tahun8.318.297-1.308.2631
FR007920 tahun8.4178.402-1.508.3761
Avg movement-1.72
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,2 poin (0,09%) menjadi 239,92 dari posisi kemarin 239,71.

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 533 bps, menyempit dari posisi kemarin 534 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,65% dari posisi kemarin 2,66%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun dengan tenor 5 tahun serta tenor 3 tahun dengan tenor 5 tahun.  

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 

SeriBenchmarkYield 18 Feb 2019 (%)Yield 19 Feb 2019 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.4272.4293 bulan-5 tahun-5.4
UST 20202 Tahun2.522.5082 tahun-5 tahun2.5
UST 20213 Tahun2.4972.4843 tahun-5 tahun0.1
UST 20235 Tahun2.4952.4833 bulan-10 tahun-23
UST 202810 Tahun2.6662.6592 tahun-10 tahun-15.1
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 931,83 triliun SBN, atau 37,91% dari total beredar Rp 2.457 triliun berdasarkan data per 18 Februari.  

Nilai tersebut kembali menjadi yang tertinggi, yang sebelumnya sempat terjadi sehari sebelum 18 Februari, tepatnya pada 15 Februari.

Angka kepemilikannya masih positif, bertambah Rp 38,58 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Hari ini, seluruh pasar surat utang negara berkembang terkoreksi sedangkan pasar obligasi negara maju menghijau.
 

Positifnya pasar terjadi di pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilts Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury di AS.

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 18 Feb 2019 (%)Yield 19 Feb 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.778.9114.00
China3.1153.1341.90
Jerman0.110.094-1.60
Perancis0.5440.533-1.10
Inggris 1.1661.156-1.00
India7.5777.580.30
Italia2.7682.8255.70
Jepang-0.023-0.031-0.80
Malaysia3.8813.8951.40
Filipina6.3636.4498.60
Rusia8.268.348.00
Singapura2.132.1370.70
Thailand2.4652.492.50
Turki14.414.5818.00
Amerika Serikat2.6662.659-0.70
Afrika Selatan8.8558.893.50
Sumber: Refinitiv        

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Kinerja Emiten AS Dongkrak Harga SUN, Tenor Panjang Diburu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular