
Salut! Rupiah Masuk 10 Besar Mata Uang Terbaik Dunia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 February 2019 14:04

Faktor domestik dan eksternal yang suportif membuat rupiah perkasa. Namun rupiah masih punya sebuah tantangan besar bernama defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).
Ada kemungkinan defisit transaksi berjalan Indonesia akan tetap lebar pada 2019. Pasalnya, harga minyak masih terus bertahan di jalur pendakian.
Pada pukul 13:40 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,51% dan light sweet bertambah 0,76%. Dalam sebulan terakhir, harga brent melonjak 6,41% dan light sweet terdongkrak 4,38%.
Indonesia adalah negara net importir migas, dan kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini membengkak. Walau impor makin mahal, mau tidak mau harus dilakukan karena produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan.
Ini tentu akan semakin membebani neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan. Padahal transaksi berjalan adalah fondasi utama nilai tukar, karena menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih bertahan lama (sustainable). Tidak seperti hot money di pasar keuangan (yang menjadi penopang penguatan rupiah saat ini) yang bisa datag dan pergi dalam hitungan detik.
Apabila transaksi berjalan masih defisit, apalagi defisitnya berpotensi semakin lebar, maka rupiah akan selalu dibayangi oleh risiko pelemahan. Jadi jangan senang dulu dengan penguatan rupiah yang sekarang, karena hantu depresiasi masih bergentayangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ada kemungkinan defisit transaksi berjalan Indonesia akan tetap lebar pada 2019. Pasalnya, harga minyak masih terus bertahan di jalur pendakian.
Pada pukul 13:40 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,51% dan light sweet bertambah 0,76%. Dalam sebulan terakhir, harga brent melonjak 6,41% dan light sweet terdongkrak 4,38%.
Indonesia adalah negara net importir migas, dan kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini membengkak. Walau impor makin mahal, mau tidak mau harus dilakukan karena produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan.
Ini tentu akan semakin membebani neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan. Padahal transaksi berjalan adalah fondasi utama nilai tukar, karena menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih bertahan lama (sustainable). Tidak seperti hot money di pasar keuangan (yang menjadi penopang penguatan rupiah saat ini) yang bisa datag dan pergi dalam hitungan detik.
Apabila transaksi berjalan masih defisit, apalagi defisitnya berpotensi semakin lebar, maka rupiah akan selalu dibayangi oleh risiko pelemahan. Jadi jangan senang dulu dengan penguatan rupiah yang sekarang, karena hantu depresiasi masih bergentayangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular