Dikeroyok Luar-Dalam, Rupiah Masih Terus Melemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2019 10:44
Investor Masih Nantikan Hasil Dialog Dagang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dari sisi eksternal, investor tampak ragu masuk ke pasar keuangan Asia. Tidak hanya mata uang, pasar saham Asia pun bertumbangan. 

Pada pukul 10:20 WIB, indeks Nikkei 225 anjlok 1,2%, Hang Seng amblas 1,53%, Shanghai Composite turun 0,54%, Kospi ambrol 1,61%, Straits Times minus 0,37%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,53%. 

Sepertinya investor masih harap-harap cemas terhadap hasil dialog dagang AS-China yang rencananya berakhir hari ini. Hawa positif pun bertebaran, meski hasil persis dari perundingan ini masih belum terlihat. 

"Aura di Beijing sangat bagus," ujar Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Namun, belum ada kejelasan soal perpanjangan masa 'gencatan senjata' selama 60 hari seperti yang sempat ramai dibicarakan. Menurut Kudlow, hal itu masih belum diputuskan. 

"Saya tidak bisa berkomentar soal itu. Namun sejauh ini belum ada keputusan," tambah Kudlow. 

Kemarin, Bloomberg memberitakan bahwa berdasarkan keterangan beberapa orang sumber, Presiden AS Donald Trump tengah mempertimbangkan untuk memperpanjang masa tenang selama 60 hari terhitung mulai 1 Maret. Menurut para sumber itu, Trump berusaha untuk memberi waktu untuk pembahasan yang lebih mendalam. 

Namun kabar tersebut kandas. Beijing, menurut beberapa orang sumber Reuters, tidak pernah mengusulkan perpanjangan waktu. Hu Xijin, Pemimpin Redaksi Global Times (tabloid yang dikelola Partai Komunis China) menyebut laporan Bloomberg tersebut tidak akurat. 

Akibatnya, investor dipaksa menunggu lebih lama. Selagi menunggu, sepertinya bermain aman masih menjadi pilihan utama. Dolar AS pun kembali menjadi 'bunker' perlindungan di tengah ketidakpastian.

Selain itu, data ekonomi dari China juga agak kurang ciamik. Inflasi China pada Januari 2019 tercatat 1,7% year-on-year (YoY), lebih lambat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,9%. Sementara inflasi di tingkat produsen adalah 0,1% YoY, juga di bawah konsensus yang memperkirakan 0,2%. 

Data ini menunjukkan perekonomian China yang sedang dalam masa konsolidasi. Permintaan dari konsumen melambat, sehingga dunia usaha juga ragu menaikkan harga. Hawa kelesuan dan perlambatan ekonomi di Negeri Tirai Bambu semakin terasa. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular