Perang Dagang Berpotensi Memanas, Bursa Asia Terkoreksi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 February 2019 09:19
Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka melemah pada hari ini.
Foto: Seorang pedagang mata uang bekerja di dekat layar yang menunjukkan nilai tukar mata uang asing di ruang transaksi pertukaran mata uang asing di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 7 Februari 2019. Foto AP / Lee Jin-man
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka melemah pada hari ini: indeks Nikkei turun 0,42%, indeks Shanghai turun 0,25%, indeks Hang Seng turun 0,67%, indeks Straits Times turun 0,14%, dan indeks Kospi turun 0,67%.

Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat investor meninggalkan saham-saham di kawasan Asia. Bloomberg melaporkan bahwa AS dan China nyaris tak mencapai progres apapun dalam negosiasi dagang yang digelar di Beijing, menurut orang-orang yang familiar dengan jalannya negosiasi dagang tersebut.

Dalam rapat tertutup yang digelar, kedua pihak gagal untuk menipiskan ketidaksepahaman terkait reformasi struktural yang diminta AS kepada China.

Sebagai informasi, kemarin dan hari ini negosiasi dagang tingkat menteri digelar di Beijing, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.


Lantas, perkembangan ini menimbulkan pertanyaan terkait dengan perpanjangan periode gencatan senjata bidang perdagangan antara AS dan China yang akan berakhir pada 1 Maret.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya terbuka untuk memperpanjang masa tenang tersebut jika kedua negara mendekati kesepakatan yang akan membuat China melakukan reformasi struktural atas kebijakan ekonomi dan perdagangannya.

Jika Trump sampai tak puas dengan hasil negosiasi dagang, periode gencatan senjata menjadi sangat mungkin untuk tidak diperpanjang. Lantas, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai 2 Maret.

Pihak China pun dimungkinkan untuk mengambil kebijakan balasan jika hal ini sampai terjadi, membawa perang dagang ke suatu level baru yang semakin panas.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular