
Rupiah Tambah Lemah, Dolar AS Nyaris Sentuh Rp 14.100
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2019 09:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS pun kembali mendekat ke level Rp 14.100.
Pada Kamis (14/2/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.090. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan dolar AS begitu dekat dengan Rp 14.100.
Kala pembukaan pasar, rupiah hanya melemah tipis 0,04%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam.
Sementara di Asia, mata uang utama Benua Kuning kini cenderung menguat di hadapan dolar AS. Menemani rupiah di zona merah hanya ada rupee India, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan.
Depresiasi 0,25% membuat rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Posisi juru kunci masih ditempati oleh rupee India.
Namun perlu dicatat pasar keuangan Negeri Bollywood belum buka. Jika sudah buka, maka posisi rupiah bisa saja berubah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sentimen positif bagi mata uang Asia datang dari Jepang. Pertumbuhan ekonomi Negeri Matahari Terbit pada kuartal IV-2018 tercatat 1,4% year-on-year (YoY). Ini menjadi catatan positif pertama dalam dua kuartal terakhir.
Data ini memberi harapan bahwa perekonomian Jepang masih bisa menggeliat. Jepang adalah perekonomian terbesar kedua di Asia, sehingga perbaikan di sana akan ikut mendorong pertumbuhan di negara-negara lainnya.
Namun rupiah tidak bisa melaju karena dihambat oleh harga minyak. Pada pukul 09:12 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,35%. Dalam sepekan terakhir, harga brent melonjak 3,76% dan light sweet melesat 2,9%.
Kenaikan harga minyak akan menimbulkan kecemasan terhadap nasib transaksi berjalan Indonesia. Harga minyak yang semakin mahal akan membuat defisit transaksi berjalan semakin dalam, sehingga rupiah kehilangan keseimbangan karena fondasinya yang begitu rapuh.
Defisit transaksi berjalan sudah menjadi penyakit menahun yang tidak kunjung sembuh. Sebelum masalah ini selesai, rupiah memang akan selalu dihantui oleh risiko depresiasi karena fundamentalnya memang tidak mendukung penguatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (14/2/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.090. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan dolar AS begitu dekat dengan Rp 14.100.
Kala pembukaan pasar, rupiah hanya melemah tipis 0,04%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam.
Sementara di Asia, mata uang utama Benua Kuning kini cenderung menguat di hadapan dolar AS. Menemani rupiah di zona merah hanya ada rupee India, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan.
Depresiasi 0,25% membuat rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Posisi juru kunci masih ditempati oleh rupee India.
Namun perlu dicatat pasar keuangan Negeri Bollywood belum buka. Jika sudah buka, maka posisi rupiah bisa saja berubah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sentimen positif bagi mata uang Asia datang dari Jepang. Pertumbuhan ekonomi Negeri Matahari Terbit pada kuartal IV-2018 tercatat 1,4% year-on-year (YoY). Ini menjadi catatan positif pertama dalam dua kuartal terakhir.
Data ini memberi harapan bahwa perekonomian Jepang masih bisa menggeliat. Jepang adalah perekonomian terbesar kedua di Asia, sehingga perbaikan di sana akan ikut mendorong pertumbuhan di negara-negara lainnya.
Namun rupiah tidak bisa melaju karena dihambat oleh harga minyak. Pada pukul 09:12 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,35%. Dalam sepekan terakhir, harga brent melonjak 3,76% dan light sweet melesat 2,9%.
Kenaikan harga minyak akan menimbulkan kecemasan terhadap nasib transaksi berjalan Indonesia. Harga minyak yang semakin mahal akan membuat defisit transaksi berjalan semakin dalam, sehingga rupiah kehilangan keseimbangan karena fondasinya yang begitu rapuh.
Defisit transaksi berjalan sudah menjadi penyakit menahun yang tidak kunjung sembuh. Sebelum masalah ini selesai, rupiah memang akan selalu dihantui oleh risiko depresiasi karena fundamentalnya memang tidak mendukung penguatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular