Pembatasan Impor di China Bikin Harga Batu Bara Merana

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
13 February 2019 15:36
Pada penutupan perdagangan kemarin (12/2) harga batu bara kontrak Februari di pasar ICE Newcastle amblas 1,09% ke posisi US$ 95,65/metrik ton
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdagangan kemarin (12/2) harga batu bara kontrak Februari di pasar ICE Newcastle amblas 1,09% ke posisi US$ 95,65/metrik ton, setelah juga ditutup melemah 0,51% sehari sebelumnya (11/2).

Selama sepekan, harga batu bara sudah terpangkas sebesar 2,70% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun hara komoditas ekspor andalan Indonesia ini tercatat amblas 6,3%.



Selain akibat perlambatan ekonomi China, anjloknya harga batu bara juga diakibatkan oleh pembatasan impor batu bara di Negeri Tirai Bambu.

"Batu bara impor sedang diblokir di beberapa pelabuhan China, meskipun tidak ada keterangan resmi mengenai hal ini," ujar salah seorang pelaku pasar, seperti yang dilansir dari laporan S&P Global Platts yang terbit pada Jumat lalu (8/2).

Sumber yang sama juga mengungkapkan bahwa lambatnya proses pemeriksaan batu bara di bea cukai China yang bisa memakan waktu 30-40 hari menjadi bukti bahwa impor batu bara China masih diperketat.

Sejak tahun lalu China memang telah membatasi kuota impor batu bara. Namun bulan Januari lalu beredar kabar bahwa impor batu bara akan kembali diperlonggar.

Sayangnya, pelaku industri pengiriman komoditas ini masih mengalami kasus ditahannya produk batu bara yang akan masuk ke China lewat jalur laut.

Laporan yang berhasil dihimpun oleh Reuters juga mengatakan hal yang senada.

"sejauh kami kami tahu, kapal angkut batu bara (termal dan metalurgi) Australia masih belum bisa lolos dari bea cukai di China. Ada juga laporan tentang petugas bea cukai [China] yang mengatakan kepada pelanggan bahwa pembatasan impor [batu bara] masih akan berlangsung setidaknya hingga akhir Februari," ujar analis senior kepada pengusaha batu bara Singapura, mengutip Reuters Jumat lalu.

Tidak adanya dokumentasi formal atau instruksi tertulis dari pemerintah China terkait peraturan yang diperbaharui untuk batu bara termal impor di beberapa pelabuhan membuat perdagangan komoditas tersebut menjadi sulit.

Pasalnya, perusahaan pengiriman menjadi tak dapat menerima pemberitahuan force majeure dari pelanggan karena tak ada surat resmi yang tertulis dari pihak yang berwenang.

"Tidak ada dokumentasi tertulis, semuanya hanya [melalui pemberitahuan] verbal," kata seorang sumber, mengutip S&P Global Platts.

Alhasil rantai pasokan batu bara dunia ikut terganggu, mengingat China merupakan konsumen terbesar batu bara dunia.

Faktor lainnya yang juga mempengaruhi pergerakan harga batu bara adalah suhu musim dingin kali ini yang terbilang moderat di China.

"Temperatur akan moderat di daerah Timur Laut [China] dalam waktu 6 hingga 10 hari, sementara China Utara tetap ringan (mild)," kata analis cuaca Revinitif, Ed Whalen.

Sementara di Jepang dan Korea Selatan, yang juga merupakan importir utama di kawasan Asia juga menunjukkan hal senada. "Pola temperaturnya hampir sama, (dengan) sedikit lebih hangat dari biasanya", tambah Whalen.

Kondisi cuaca yang lebih hangat akan menyebabkan permintaan batu bara termal akan berkurang.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular