Terjegal Yuan, Rupiah Gagal Jadi Undisputed Champion

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 February 2019 14:28
Terjegal Yuan, Rupiah Gagal Jadi <i>Undisputed Champion</i>
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa rupiah cukup impresif hari ini. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah tidak pernah melemah sejak pembukaan pasar. Sementara melawan mata uang Asia, rupiah juga menunjukkan dominasinya. 

Pada Rabu (13/2/2019) pukul 14:06 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.035 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Meski masih menguat, tetapi sejatinya apresiasi rupiah agak menipis. Jelang tengah hari, penguatan rupiah sempat mencapai kisaran 0,4%. 


Oleh karena itu, rupiah tidak lagi menjadi mata uang terbaik di Asia. Kini posisi puncak klasemen dikuasai oleh yuan China, disusul ringgir Malaysia dan rupiah di peringkat ketiga. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:08 WIB: 

 

Meski begitu, rupiah masih bisa berbangga karena mampu menguat terhadap nyaris seluruh mata uang utama Benua Kuning. Hanya yuan yang tidak bisa ditaklukkan rupiah, sisanya lewat. Andai yuan bisa dikalahkan, rupiah menjadi juara Asia sejati yang tak terbantahkan alias undisputed champion.

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap rupiah pada pukul 14:11 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah tertekan di hadapan dolar AS dan mata uang Asia. Melawan greenback, rupiah melemah 0,75% dalam 2 hari tersebut. 

Sementara di hadapan won Korea Selatan, misalnya, rupiah melemah sampai 1,05%. Lalu terhadap dolar Singapura, rupiah terdepresiasi 0,19%. 

Pelemahan tersebut bisa dikata menjadi 'berkah' buat rupiah. Sebab setelah rentetan pelemahan biasanya peluang untuk technical rebound menjadi terbuka. Itu sepertinya terjadi hari ini, karena rupiah yang sudah murah kemudian menarik minat pelaku pasar. 

Sepertinya investor juga sudah mulai move on dari sentimen negatif akibat data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Data tersebut menjadi biang keladi kelesuan rupiah sejak awal pekan. 


Saat ini pelaku pasar sedang bungah karena harapan damai dagang AS-China semakin nyata. Sejauh ini, belum ada kabar negatif dari pertemuan dagang AS-China yang sedang berlangsung di Beijing. 

Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah tiba di Beijing untuk meneruskan dialog dagang yang sudah dimulai sejak awal pekan. "Saya berharap pertemuan ini produktif," ujar Mnuchin, mengutip Reuters. 

Untuk menambah optimisme, South China Morning Post memberitakan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan untuk berkunjung ke arena dialog dagang. Menurut seorang sumber, Presiden Xi akan datang pada Jumat ini. 

Kehadiran Xi akan menjadi morale booster yang ampuh untuk mempercepat laju perundingan. Diharapkan damai dagang menjadi lebih cepat tercipta dan perekonomian global kembali bergeliat. 

Hubungan Washington-Beijing yang membaik juga tampak dari itikad Presiden AS Donald Trump yang mempertimbangkan untuk memperpanjang masa 'gencatan senjata' yang sedianya berakhir pada 1 Maret. Meski langkah itu tidak menjadi pilihan, tetapi mulai dipertimbangkan. 

"Kami bekerja dengan baik di China. Kalau kesepakatan (dengan China) sudah dekat, maka kita akan bisa selesaikan. Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit (dari tenggat waktu 1 Maret), tetapi saya lebih suka tidak," ujar Trump saat rapat kabinet, mengutip Reuters. 

Hawa damai dagang yang semakin terasa membuat pelaku pasar ogah bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia kembali menjadi buruan, termasuk di Indonesia. Hasilnya adalah penguatan rupiah yang menyebar ke mana-mana.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular