
Awali Pekan, IHSG Harus Terima Kenyataan Keluar dari 6.500
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 February 2019 16:49

Sayang, IHSG tak bisa memanfaatkan momentum yang ada seiring dengan tekanan jual atas saham-saham barang konsumsi. Indeks barang konsumsi melemah 0,8%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG. Pelemahan rupiah yang signifikan membuat pelaku pasar memilih untuk melepas saham-saham barang konsumsi.
Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,54% di pasar spot ke level Rp 14.035/dolar AS. Rupiah terkapar seiring dengan bengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Pada hari Jumat, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal-IV 2018. Sepanjang kuartal terakhir tahun lalu, NPI tercatat membukukan surplus senilai US$ 5,4 miliar.
Namun, CAD diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sepanjang tahun.
Pelemahan rupiah yang signifikan, apalagi jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, akan membuat harga-harga di dalam negeri naik sehingga pada akhirnya bisa menekan konsumsi masyarakat.
Apalagi, rilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Januari 2019 belum lama ini berada di level 125,5, turun dibandingkan capaian bulan Desember yang sebesar 127.
Memang, sejatinya wajar jika ada penurunan IKK pada bulan Januari. Pasalnya, IKK bulan Desember merupakan yang tertinggi di sepanjang tahun 2018. Faktor musiman yakni libur hari raya Natal dan Tahun Baru membuat IKK berada di level yang tinggi pada bulan Desember.
Namun tetap saja, IKK pada Januari 2019 lebih rendah dibandingkan capaian Januari 2018 yang sebesar 126,1.
Saham-saham barang konsumsi yang banyak dilepas investor di antaranya: PT Unilever Tbk/UNVR (-1,91%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-1,34%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,33%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,94%).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,54% di pasar spot ke level Rp 14.035/dolar AS. Rupiah terkapar seiring dengan bengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Pada hari Jumat, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal-IV 2018. Sepanjang kuartal terakhir tahun lalu, NPI tercatat membukukan surplus senilai US$ 5,4 miliar.
Namun, CAD diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sepanjang tahun.
Apalagi, rilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Januari 2019 belum lama ini berada di level 125,5, turun dibandingkan capaian bulan Desember yang sebesar 127.
Memang, sejatinya wajar jika ada penurunan IKK pada bulan Januari. Pasalnya, IKK bulan Desember merupakan yang tertinggi di sepanjang tahun 2018. Faktor musiman yakni libur hari raya Natal dan Tahun Baru membuat IKK berada di level yang tinggi pada bulan Desember.
Namun tetap saja, IKK pada Januari 2019 lebih rendah dibandingkan capaian Januari 2018 yang sebesar 126,1.
Saham-saham barang konsumsi yang banyak dilepas investor di antaranya: PT Unilever Tbk/UNVR (-1,91%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-1,34%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,33%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,94%).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Most Popular