Awali Pekan, IHSG Harus Terima Kenyataan Keluar dari 6.500

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 February 2019 16:49
Awali Pekan, IHSG Harus Terima Kenyataan Keluar dari 6.500
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat tipis 0,03%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan pertama di pekan ini dengan pelemahan sebesar 0,41% ke level 6.495. IHSG lantas harus pasrah meninggalkan level psikologis 6.500.

IHSG melemah kala mayoritas bursa saham regional diperdagangkan menguat: indeks Shanghai naik 1,36%, indeks Hang Seng naik 0,71%, indeks Straits Times naik 0,13%, dan indeks Kospi naik 0,17%.

Optimisme terkait negosiasi dagang AS-China membuat pelaku pasar berani memburu saham-saham di Benua Kuning. Pada hari ini hingga Rabu, pertemuan tingkat wakil menteri digelar di Beijing, di mana Deputi Kepala Perwakilan Dagang Jeffrey Gerrish memimpin delegasi AS.

Sementara itu, dialog tingkat menteri dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis dan Jumat, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Sempat ada pesimisme yang mewarnai jalannya negosiasi ini. Namun, semua berubah menyusul pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China.

"Kami, tentu saja, berharap, dan masyarakat dunia ingin melihat, sebuah hasil yang baik," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah paparan di Beijing, seperti dikutip dari Reuters.

Kementerian Perdagangan China pada hari Sabtu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua negara akan melakukan diskusi lebih dalam mengenai beberapa isu bersama berdasarkan apa yang mereka bahas belum lama ini di Washington. Kementerian tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai topik pembicaraan pekan ini.

Sebagai informasi, pertemuan ini menjadi sangat penting mengingat periode gencatan senjata antar keduanya akan segera berakhir pada 1 Maret. Terlebih, Presiden AS Donald Trump sudah menegaskan bahwa dirinya tidak akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum 1 Maret.

Seperti yang diketahui, Gedung Putih belum lama ini menegaskan bahwa bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%), jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga periode gencatan senjata berakhir.
Jika kedua negara bisa mencapai damai dagang secara permanen atau setidaknya mampu menghindari eskalasi perang dagang, maka perlambatan ekonomi dunia menjadi bisa diminimalisir.

Rilis data ekonomi di AS belakangan ini jelas menunjukkan sinyal perlambatan.  Pada hari Kamis, klaim tunjangan pengangguran di AS untuk minggu yang berakhir pada 2 Februari diumumkan sebanyak 234.000, di atas konsensus yang sebanyak 220.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sebelumnya pada hari Selasa (5/2/2019), Non-Manufacturing PMI periode Januari 2019 versi ISM diumumkan di level 56,7, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 57,2, seperti dilansir dari Forex Factory.

Tak hanya di AS, perlambatan ekonomi juga kian nyata terjadi di Benua Biru. Masih pada hari Kamis, Komisi Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro pada tahun ini menjadi 1,3%, dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,9%.

Lesunya perekonomian Jerman menjadi salah satu momok bagi perekonomian zona euro. Untuk tahun 2019, perekonomian Jerman diproyeksikan hanya tumbuh sebesar 1,1%, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,8%.

Revisi ke bawah atas pertumbuhan ekonomi Jerman sebelumnya sudah diberikan oleh International Monetary Fund (IMF). Pertumbuhan ekonomi Jerman diproyeksikan sebesar 1,3% saja pada tahun ini, turun jauh dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,9%. 

IMF mengatakan bahwa tekanan bagi perekonomian Jerman datang dari lemahnya konsumsi sektor swasta serta lemahnya produksi dari pabrikan-pabrikan mobil disana akibat aturan terbaru mengenai standar emisi.

Pada hari Kamis mendatang, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi Jerman periode kuartal-IV 2018 akan diumumkan. Jika sampai angkanya negatif, maka perekonomian terbesar di Eropa tersebut akan resmi masuk ke jurang resesi, mengingat pada kuartal-III 2018 perekonomian Jerman sudah mengalami kontraksi sebesar 0,2% QoQ. Sayang, IHSG tak bisa memanfaatkan momentum yang ada seiring dengan tekanan jual atas saham-saham barang konsumsi. Indeks barang konsumsi melemah 0,8%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG. Pelemahan rupiah yang signifikan membuat pelaku pasar memilih untuk melepas saham-saham barang konsumsi.

Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,54% di pasar spot ke level Rp 14.035/dolar AS. Rupiah terkapar seiring dengan bengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Pada hari Jumat, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal-IV 2018. Sepanjang kuartal terakhir tahun lalu, NPI tercatat membukukan surplus senilai US$ 5,4 miliar.

Namun, CAD diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sepanjang tahun.

Pelemahan rupiah yang signifikan, apalagi jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, akan membuat harga-harga di dalam negeri naik sehingga pada akhirnya bisa menekan konsumsi masyarakat.

Apalagi, rilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Januari 2019 belum lama ini berada di level 125,5, turun dibandingkan capaian bulan Desember yang sebesar 127.

Memang, sejatinya wajar jika ada penurunan IKK pada bulan Januari. Pasalnya, IKK bulan Desember merupakan yang tertinggi di sepanjang tahun 2018. Faktor musiman yakni libur hari raya Natal dan Tahun Baru membuat IKK berada di level yang tinggi pada bulan Desember.

Namun tetap saja, IKK pada Januari 2019 lebih rendah dibandingkan capaian Januari 2018 yang sebesar 126,1.

Saham-saham barang konsumsi yang banyak dilepas investor di antaranya: PT Unilever Tbk/UNVR (-1,91%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-1,34%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,33%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,94%).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular