
Harga CPO Menciut Menyusul Turunnya Ekspor Malaysia
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 February 2019 11:35

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) berjangka melemah 0,67% menjadi US$ 558,94 (2.276 ringgit) per ton pada Senin (11/2/2019), menyusul laporan penurunan ekspor Malaysia sepanjang bulan berjalan.
Muramnya prospek perekonomian global di tengah angin perang dagang AS-China yang masih berhembus kencang mendorong pelaku pasar mengambil posisi jual di bursa berjangka acuan CPO dunia tersebut.
Terakhir, mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak ada aganda untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum 1 Maret. Perang dagang dua raksasa ekonomi dunia ini berpeluang menciptakan banjir suplai kedelai, dan juga CPO.
Lebih dari separuh ekspor kedelai AS dibeli oleh China. Pada tahun 2017 saja volume ekspor kedelai Negeri Paman Sam ke China mencapai 31 juta ton. Harga minyak kedelai yang merupakan produk substitusi minyak sawit amblas di pasar dunia hari ini.
Sebelumnya, Departemen Pertanian AS memperkirakan konsumsi kedelai dunia akan tumbuh 9% menjadi 106,72 juta ton. Namun, volume perdagangan kedelai AS justru menipis menyusul tarif balasan yang dikenakan oleh China atas produk AS tersebut.
Sentimen negatif terkait prospek perekonomian global tersebut membuat harga CPO berayun. Setelah sempat menguat pada akhir pekan lalu, pagi ini harga CPO berjangka justru tertekan.
Menurut firma konsultan rantai suplai (supply-chain) global Intertek Testing Services, ekspor Malaysia mencapai 393.353 ton sepanjang 10 hari pertama bulan ini. Angka ini terhitung menurun dibandingkan dengan periode yang sama bulan lalu sebesar 451.845 ton.
Negeri Jiran tersebut merupakan produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia. Turunnya ekspor mereka mengindikasikan melemahnya permintaan dunia atas produk sawit tersebut secara bulanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Harga CPO yang Masih Loyo
Muramnya prospek perekonomian global di tengah angin perang dagang AS-China yang masih berhembus kencang mendorong pelaku pasar mengambil posisi jual di bursa berjangka acuan CPO dunia tersebut.
Lebih dari separuh ekspor kedelai AS dibeli oleh China. Pada tahun 2017 saja volume ekspor kedelai Negeri Paman Sam ke China mencapai 31 juta ton. Harga minyak kedelai yang merupakan produk substitusi minyak sawit amblas di pasar dunia hari ini.
Sebelumnya, Departemen Pertanian AS memperkirakan konsumsi kedelai dunia akan tumbuh 9% menjadi 106,72 juta ton. Namun, volume perdagangan kedelai AS justru menipis menyusul tarif balasan yang dikenakan oleh China atas produk AS tersebut.
Sentimen negatif terkait prospek perekonomian global tersebut membuat harga CPO berayun. Setelah sempat menguat pada akhir pekan lalu, pagi ini harga CPO berjangka justru tertekan.
Menurut firma konsultan rantai suplai (supply-chain) global Intertek Testing Services, ekspor Malaysia mencapai 393.353 ton sepanjang 10 hari pertama bulan ini. Angka ini terhitung menurun dibandingkan dengan periode yang sama bulan lalu sebesar 451.845 ton.
Negeri Jiran tersebut merupakan produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia. Turunnya ekspor mereka mengindikasikan melemahnya permintaan dunia atas produk sawit tersebut secara bulanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Harga CPO yang Masih Loyo
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular