Rupiah Memang Melemah, Tapi Tak Jelek-jelek Amat Lho

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 February 2019 09:55
Data Ekonomi Domestik Kurang Oke
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dari dalam negeri, berbagai rilis data juga tidak menunjang keperkasaan rupiah. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Januari 2019 sebesar 123,5. Konsumen masih optimistis karena nilainya di atas 100, tetapi optimismenya berkurang karena IKK pada bulan sebelumnya lebih tinggi yaitu 127. 

Memang ada unsur musiman yang menyebabkan penurunan IKK. Selepas Hari Natal, Tahun Baru, dan musim liburan pada Desember, konsumen kembali ke 'dunia nyata' pada Januari. Konsumsi yang turun setelah periode puncak adalah hal yang wajar. 

Namun bisa saja data ini menjadi sentimen negatif di pasar keuangan Indonesia, karena akan muncul persepsi bahwa konsumsi rumah tangga melambat. Sementara konsumsi rumah tangga adalah komponen utama pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) dengan kontribusi lebih dari 50%. 

Kala konsumsi rumah tangga melambat, maka pertumbuhan ekonomi juga tentu bakal tertatih-tatih. Persepsi perlambatan ekonomi bisa membuat investor kurang nyaman dan memilih pergi untuk sementara waktu. 

Selain itu, investor juga panas-dingin akibat rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). BI memperkirakan NPI kuartal IV-2018 bisa surplus, tetapi defisit transaksi berjalan (current account deficit) masih cukup lebar di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).  

Benar saja, pada kuartal IV-2018 NPI tercatat surplus US$ 5,42 miliar. Namun karena terus defisit pada 3 kuartal sebelumnya, NPI sepanjang 2018 tetap minus US$ 7,13 miliar. Defisit NPI pada 2018 menjadi yang terdalam sejak 2013. 

Sementara transaksi berjalan pada kuartal IV-2018 mengalami defisit 3,57% dari PDB. Ini menjadi defisit terdalam sejak kuartal II-2014.  Sedangkan secara tahunan, defisit transaksi berjalan masih di bawah 3% tepatnya 2,98%.

Namun ini juga menjadi catatan terburuk sejak 2014. Sentimen negatif pun mendera rupiah. NPI yang defisit pada 2018 menandakan keseimbangan eksternal Indonesia agak limbung, karena devisa yang keluar lebih banyak ketimbang yang masuk.  

Artinya, rupiah lebih banyak dilepas karena kebutuhan valas yang tinggi sementara yang masuk tidak memadai. Fundamental rupiah menjadi lebih rapuh dan rentan terkoreksi. 

Namun walau dihantam data NPI yang kurang oke, rupiah sebenarnya masih beruntung. Depresiasi rupiah sepanjang pekan ini tidak sedalam mata uang utama Asia lainnya. Oleh karena itu, investor tampaknya masih menaruh harapan dan kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular