Fitch: Indonesia Akan Tertekan Jika Tekanan Global Mengetat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 February 2019 15:05
Fitch Ratings menilai Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang akan tertekan jika pengetatan moneter global.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings menilai Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang akan tertekan jika pengetatan moneter global terjadi lebih cepat dari prediksi.

Defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia, meskipun sederhana (modest), dinilai sejalan dengan faktor ketergantungan yang tinggi pada harga komoditas. Porsi asing yang tinggi pada instrumen pemerintah domestik, dan utang luar negeri yang di atas median juga menjadi pertimbangan.
 

Dalam risetnya hari ini, Jumat (8/2/19), Regional Credit Officer Fitch Ratings David Wong menilai ketiga faktor tersebut membuat Indonesia lebih rentan terhadap tekanan pada negara berkembang dibanding negara lain yang sama-sama memiliki peringkat BBB.
 

Meskipun demikian, Fitch Ratings menilai profil kredit dari perusahaan asal Indonesia akan lebih tahan guncangan terhadap dampak dari skenario stress test pengetatan (quantitative tightening stress scenario) yang memeriksa sensitivitas terhadap pelemahan rupiah, beban utang tinggi, dan pertumbuhan eonomi yang melambat. 

Hasil dari stress test tersebut adalah perusahaan asal Indonesia masih lebih baik dari perusahaan Turki, dari sisi utang luar negeri dan lindung nilai (hedging) alami atau teknikalnya. 

Dari sisi keuangan eksternal, termasuk utang luar negeri, perusahaan asal Indonesia dinilai sudah membaik dalam beberapa tahun terakhir dan lebih baik dari kondisi ketika terjadi 'taper tantrum' pada 2013. Taper tantrum adalah istilah bagi efek pengumuman kebijakan moneter AS tahun 2013 yang langsung memukul kurs sejumlah negara berkembang.

Menurut Fitch, perbaikan tersebut merupakan hasil dari kebijakan moneter yang disiplin dan pendekatan makro prudensial yang membantu posisi utang luar negeri korporasi.
 

Terkait skenario stress test tersebut, peringkat utang pemerintah masih akan tahan guncangan, asalkan tidak terjadi penurunan drastis pada cadangan devisa valas.
 

Depresiasi mata uang dan pertumbuhan ekonomi yang melambat dapat meningkatkan rasio utang pemerintah secara umum, tetapi batas utang Indonesia yang rendah dibanding negara serupa memberikan ruang bebas (bantalan/cushion) terhadap peringkat utang pemerintah. 

Profitabilitas dan kapitalisasi dari sembilan bank besar Indonesia yang diperingkat Fitch Ratings menyediakan ruang bantalan yang nyaman menghadapi kenaikan dari rugi proses revaluasi, dan juga kenaikan beban pinjaman dan beban kredit.  

Profil kredit dari bank lain juga lebih rendah terhadap stress test karena turunnya laba dan bantalan dana cadangan.

Meskipun demikian, eksposur terhadap mata uang asing tidak signifikan, karena mereka hanya diperbolehkan untuk beraktivitas di produk valas yang polos (plain vanilla).
 

Korporasi Indonesia yang diperingkat Fitch juga memiliki eksposur yang rendah terhadap ketidakcocokan mata uang (currency mismatch) antara utang dan arus kas di beberapa negara berkembang, meskipun lembaga pemeringkat itu sudah mengidentifikasi beberapa perusahaan memiliki utang berdenominasi valas dan mempraktikkan lindung nilai yang kurang efektif. 

Ancaman utama terhadap kualitas kredit terhadap korporasi lain adalah ketidakmampuan untuk mengurangi utang yang sejalan dengan ekspektasi Fitch, dan permintaan yang melambat dapat melemahkan arus kas mereka.         

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Simak Daftar Agenda dan Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular