
Emiten-emiten Ini Diuntungkan Perdagangan Bebas RI-Australia
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 March 2019 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Waktu 8 tahun bisa terasa singkat, tetapi jika dibeberkan dan dibulatkan maka baru akan terlihat ada 2.920 hari di sana.
Waktu itulah yang harus dilewati Indonesia-Australia dalam negosiasi Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) hingga akhirnya difinalkan kemarin.
Dampak dari hasil penantian panjang itu adalah pembebasan tarif impor pada 7.000 pos tarif dari Indonesia ke Australia dan sebaliknya sebanyak 6.404 pos tarif dari Australia ke Indonesia.
Meskipun dari sisi jumlah pos tarif impor ke Australia lebih banyak, dalam risetnya hari ini (5/3/19), analis PT Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi menilai Negeri Kangguru akan lebih diuntungkan dari perjanjian ini.
"Dari perspektif aktivitas perdagangan, kami menilai IA-CEPA akan lebih menguntungkan Australia karena surplus transaksi perdagangan dengan Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, secara umum Indonesia masih mengalami defisit transaksi perdagangan yaitu US$ 3,03 miliar pada 2018, meskipun masih membaik dari angka US$ 3,49 miliar pada 2017.
Ekspor terbesar dari Indonesia ke Australia adalah BBM mineral, termasuk minyak mentah, meskipun perdagangan pada sektor tersebut masih defisit karena angka impor Indonesia yang besar pada komoditas batu bara kokas (coking coal/metallurgy coal).
Coking coal adalah batu bara yang biasa digunakan untuk memproses industri besi-baja karena memiliki kandungan karbon tinggi, sedangkan di sisi lain batu bara yang banyak diproduksi Indonesia adalah batu bara thermal (steaming coal) yang umum digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap.
Produk ekspor dari Indonesia ke OZ lainnya adalah kayu dan turunannya, baju dan pakaian termasuk alas kaki, dan mesin.
Sebaliknya, produk ekspor Australia yang akan dibebaskan bea adalah sapi jantan hidup, sedangkan bea impor daging sapi beku dan daging domba beku dipangkas separuh menjadi 2,5% yang akan dihilangkan sama sekali setelah 5 tahun.
Produk Australia lainnya yang akan terbebas dari bea impor adalah sereal.
Dengan skema itu, laju inflasi juga diprediksi Lucky dapat melambat karena adanya penghapusan tarif impor terutama dari produk sapi dan turunannya (bovine products) dan gandum, serta dampak terbatas pada produk susu dan olahannya (dairy products).
Paling Diuntungkan
Meskipun secara total Australia lebih diuntungkan, dari produk baju dan pakaian, termasuk tekstil, pengenaan bebas bea pada produk itu dapat membuat Indonesia dapat bersaing pada level yang sama dengan produk negara Asean lain seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Saat ini, produsen tekstil yang berstatus emiten bursa beromzet terbesar adalah PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Pan Brothers Tbk (PBRX), PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), PT Tifico Fibers Tbk (TFCO), PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX), dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY).
Selanjutnya, ada PT Trisula International Tbk (TRIS), PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX), dan PT Eratex Djaja Tbk (ERTX).
Selain itu, kendaraan hibrida listrik dan kendaraan full-listrik juga diberikan status bebas bea ke Negeri Koala, dengan status kandungan lokal 35% atau dirakit di dalam negeri.
Hal itu tentu dapat mewujudkan mimpi Indonesia menjadi pusat mobil listrik karena bahan mentah yang melimpah bagi baterai penyokong mobil listrik, terutama nikel.
Lucky menilai dengan adanya IA-CEPA, maka secara umum perusahaan Indonesia di industri makanan akan paling diuntungkan, terutama yang memiliki porsi impor besar, seperti pabrikan Indomie PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang memiliki porsi besar gandum dalam struktur bahan bakunya.
Selain itu, dia menyoroti pabrik biskuit PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang membutuhkan banyak gula, serta produsen Sari Roti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan pemilik restoran Pizza Hut PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) yang banyak membutuhkan tepung terigu dan daging sapi.
Emiten yang Akan Diuntungkan IA-CEPA
Sumber: PT Bahana Sekuritas
Emiten Tekstil
*) Kuartal III-2018
Sumber: Diolah
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Simak Daftar Agenda dan Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Waktu itulah yang harus dilewati Indonesia-Australia dalam negosiasi Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) hingga akhirnya difinalkan kemarin.
Dampak dari hasil penantian panjang itu adalah pembebasan tarif impor pada 7.000 pos tarif dari Indonesia ke Australia dan sebaliknya sebanyak 6.404 pos tarif dari Australia ke Indonesia.
"Dari perspektif aktivitas perdagangan, kami menilai IA-CEPA akan lebih menguntungkan Australia karena surplus transaksi perdagangan dengan Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, secara umum Indonesia masih mengalami defisit transaksi perdagangan yaitu US$ 3,03 miliar pada 2018, meskipun masih membaik dari angka US$ 3,49 miliar pada 2017.
Ekspor terbesar dari Indonesia ke Australia adalah BBM mineral, termasuk minyak mentah, meskipun perdagangan pada sektor tersebut masih defisit karena angka impor Indonesia yang besar pada komoditas batu bara kokas (coking coal/metallurgy coal).
Coking coal adalah batu bara yang biasa digunakan untuk memproses industri besi-baja karena memiliki kandungan karbon tinggi, sedangkan di sisi lain batu bara yang banyak diproduksi Indonesia adalah batu bara thermal (steaming coal) yang umum digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap.
Produk ekspor dari Indonesia ke OZ lainnya adalah kayu dan turunannya, baju dan pakaian termasuk alas kaki, dan mesin.
Sebaliknya, produk ekspor Australia yang akan dibebaskan bea adalah sapi jantan hidup, sedangkan bea impor daging sapi beku dan daging domba beku dipangkas separuh menjadi 2,5% yang akan dihilangkan sama sekali setelah 5 tahun.
Produk Australia lainnya yang akan terbebas dari bea impor adalah sereal.
Dengan skema itu, laju inflasi juga diprediksi Lucky dapat melambat karena adanya penghapusan tarif impor terutama dari produk sapi dan turunannya (bovine products) dan gandum, serta dampak terbatas pada produk susu dan olahannya (dairy products).
Paling Diuntungkan
Meskipun secara total Australia lebih diuntungkan, dari produk baju dan pakaian, termasuk tekstil, pengenaan bebas bea pada produk itu dapat membuat Indonesia dapat bersaing pada level yang sama dengan produk negara Asean lain seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Saat ini, produsen tekstil yang berstatus emiten bursa beromzet terbesar adalah PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Pan Brothers Tbk (PBRX), PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), PT Tifico Fibers Tbk (TFCO), PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX), dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY).
Selanjutnya, ada PT Trisula International Tbk (TRIS), PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX), dan PT Eratex Djaja Tbk (ERTX).
Selain itu, kendaraan hibrida listrik dan kendaraan full-listrik juga diberikan status bebas bea ke Negeri Koala, dengan status kandungan lokal 35% atau dirakit di dalam negeri.
Hal itu tentu dapat mewujudkan mimpi Indonesia menjadi pusat mobil listrik karena bahan mentah yang melimpah bagi baterai penyokong mobil listrik, terutama nikel.
Lucky menilai dengan adanya IA-CEPA, maka secara umum perusahaan Indonesia di industri makanan akan paling diuntungkan, terutama yang memiliki porsi impor besar, seperti pabrikan Indomie PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang memiliki porsi besar gandum dalam struktur bahan bakunya.
Selain itu, dia menyoroti pabrik biskuit PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang membutuhkan banyak gula, serta produsen Sari Roti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan pemilik restoran Pizza Hut PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) yang banyak membutuhkan tepung terigu dan daging sapi.
Emiten yang Akan Diuntungkan IA-CEPA
Emiten | Kode saham | Bahan Baku Impor |
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT | ICBP | Gandum/tepung terigu |
Mayora Indah Tbk, PT | MYOR | Gula |
Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT | ROTI | Gandum/tepung terigu |
Sarimelati Kencana Tbk, PT | PZZA | Gandum/tepung terigu, daging sapi |
Emiten Tekstil
Emiten | Kode Saham | Total Penjualan (Rp triliun) |
Indo-Rama Synthetics Tbk, PT | INDR | 3.24 |
Sri Rejeki Isman Tbk, PT | SRIL | 3.22 |
Pan Brothers Tbk, PT | PBRX | 2.72 |
Asia Pacific Fibers Tbk, PT | POLY | 1.88 |
Tifico Fibers Tbk, PT | TFCO | 0.87 |
Asia Pacific Investama Tbk, PT | MYTX | 0.64 |
Ricky Putra Globalindo Tbk, PT | RICY | 0.57 |
Trisula International Tbk, PT | TRIS | 0.21 |
Panasia Indo Resources Tbk, PT | HDTX | 0.20 |
Eratex Djaja Tbk, PT | ERTX | 0.18 |
Sumber: Diolah
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Simak Daftar Agenda dan Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Most Popular