Harus Diakui, Ekonomi RI Makin Tidak Proporsional!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 February 2019 14:53
Harus Diakui, Ekonomi RI Makin Tidak Proporsional!
Foto: Suasana Gedung di Jakarta (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin (6/2/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi untuk periode kuartal-IV 2018 sekaligus 2018 secara keseluruhan.

Hasilnya bisa dibilang menggembirakan. Pada kuartal terakhir tahun lalu, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,18% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang sebesar 5,12% YoY. Pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2018 adalah 5,17%, juga di atas ekspektasi yang sebesar 5,15%.

Terlepas dari tekanan terhadap rupiah yang begitu besar sepanjang tahun lalu, laju perekonomian Indonesia ternyata bisa dijaga di level yang relatif tinggi. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017 tercatat hanya sebesar 5,07%. Sepanjang tahun 2018, rupiah melemah hingga 7,3% melawan dolar AS di pasar spot.

Namun jangan kelewat senang dulu. Jika dilihat lebih dalam, ternyata perekonomian Indonesia tak kinclong-kinclong amat.

Perlu diketahui bahwa perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor tradable dan sektor non-tradable. Sektor tradable berisi industri-industri yang output-nya diperdagangkan secara internasional serta melibatkan proses produksi yang konvensional. Agrikultur, pertambangan, dan manufaktur termasuk ke dalam sektor ini. Pada umumnya, sektor tradable memerlukan banyak tenaga kerja berpendidikan rendah, buruh pabrik misalnya.

Sementara itu, sektor non-tradable pada umumnya terdiri dari sektor-sektor jasa seperti jasa telekomunikasi, transportasi, dan keuangan. Sektor ini memerlukan lebih sedikit tenaga kerja, namun dengan kualifikasi tingkat pendidikan yang lebih tinggi, biasanya dimulai dari jenjang S1 ke atas.

Terhitung sejak Joko Widodo mengambil alih posisi RI-1 dari tangan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014 silam, perekonomian Indonesia sudah dikuasai oleh sektor non-tradable. Berdasarkan perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia, sektor non-tradable menguasai sebesar 53,4% dari perekonomian Indonesia, sementara porsi dari sektor tradable adalah sebesar 44,1%.

Namun, tahun demi tahun terlewati, sektor non-tradable kian menguasai perekonomian tanah air. Pada tahun 2018, sektor non-tradable menguasai sebesar 54,7% dari perekonomian Indonesia, sementara porsi dari sektor tradable adalah sebesar 41,2%.



Kenaikan porsi sektor non-tradable ini tidak lain didorong oleh pesatnya pertumbuhan di sektor tersebut, mengalahkan sektor tradable.

Sekilas, tentu menjadi hal yang menggembirakan ketika sektor terbesar dalam ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Namun di sisi lain, lemahnya pertumbuhan sektor tradable membuat penciptaan lapangan kerja di sektor ini menjadi lambat.

Dalam periode Agustus 2017 hingga Agustus 2018, sektor tradable menciptakan 1,08 juta lapangan kerja, sementara sektor non-tradable menciptakan lebih banyak, yakni 1,84 juta.

Padahal, lapangan kerja di sektor tradable inilah yang relatif mudah diakses oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas berpendidikan rendah. Dari total angkatan kerja di Indonesia yang sebanyak 131 juta jiwa (per Agustus 2018), hanya sebanyak 12,4 juta yang tercatat sebagai lulusan universitas atau setara dengan 9,5%. Sisanya adalah masyarakat dengan pendidikan di bawah level universitas.

Pada akhirnya, tingkat pengangguran menjadi sulit ditekan. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya yakni Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, tingkat pengangguran Indonesia resmi menjadi yang tertinggi.   Jadi, alokasi dana ribuan triliun rupiah untuk membangun infrastruktur di era pemerintahan Jokowi terbukti belum ampuh untuk membenahi masalah struktural ekonomi tanah air. Yang ada, struktur ekonomi Indonesia menjadi kian tak proporsional.

Kalau hal ini terus berlanjut, tingkat pengangguran akan terus berada di level yang relatif tinggi. Pada akhirnya, kesejahteraan masyarakat yang dipertaruhkan.


TIM RISET CNBC INDONESIA




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular