
Yield Wajar SUN 15 Tahun Turun di Bawah 8%
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 February 2019 11:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat imbal hasil (yield) wajar obligasi rupiah pemerintah tenor 15 tahun sudah menembus ke bawah level psikologis 8%, tepatnya menjadi 7,92%.
Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) semalam (6/2/19) menunjukkan harga wajar tersebut mengindikasikan kondisi pasar yang sudah sangat kondusif dibanding posisi sepekan atau bahkan sebulan yang lalu.
Sepekan dan sebulan yang lalu, yield wajar seri FR0068 yang menjadi acuan tenor 15 tahun masih berada pada 8,49% dan 8,3%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Bukan tidak mungkin, jika penguatan pasar hari ini bertahan hingga tutup perdagangan, yield wajar tenor 15 tahun masih dapat turun lagi di bawah 7,92%.
"Posisi yield seri acuan 15 tahun itu terendah sejak Juli 2018," ujar Roby Rushandie, Head of Research & Market Information Dept IBPA, siang ini (7/2/19).
Dia menilai penurunan yield obligasi hampir seluruh seri cukup dalam mulai di akhir Januari pasca rapat FOMC, yang sentimen positifnya ditambah lagi oleh rilis PDB setahun penuh 2018 yang diatas ekspektasi.
Faktor lain, lanjut Roby, adalah penguatan rupiah. Sejak 30 Januari, nilai tukar mata uang merah putih sudah turun 1,02% dari Rp 14.125 per dolar AS hingga siang ini Rp 13.980 per dolar AS.
Penguatan tersebut terjadi secara cepat dan hanya memakan waktu 6 hari perdagangan.
Yield Wajar IBPA Seri Acuan 15 tahun
Sumber: IBPA
Pagi ini, pasar obligasi masih melanjutkan penguatan sekaligus melanjutkan reli harga yang masih terjadi sejak 31 Januari, seiring dengan kondusifnya iklim pasar investasi global dan domestik.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri 20 tahun dengan penurunan yield 7,1 basis poin (bps) menjadi 8,14%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga menguat, kecuali seri 5 tahun.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) semalam (6/2/19) menunjukkan harga wajar tersebut mengindikasikan kondisi pasar yang sudah sangat kondusif dibanding posisi sepekan atau bahkan sebulan yang lalu.
Sepekan dan sebulan yang lalu, yield wajar seri FR0068 yang menjadi acuan tenor 15 tahun masih berada pada 8,49% dan 8,3%.
Bukan tidak mungkin, jika penguatan pasar hari ini bertahan hingga tutup perdagangan, yield wajar tenor 15 tahun masih dapat turun lagi di bawah 7,92%.
"Posisi yield seri acuan 15 tahun itu terendah sejak Juli 2018," ujar Roby Rushandie, Head of Research & Market Information Dept IBPA, siang ini (7/2/19).
Dia menilai penurunan yield obligasi hampir seluruh seri cukup dalam mulai di akhir Januari pasca rapat FOMC, yang sentimen positifnya ditambah lagi oleh rilis PDB setahun penuh 2018 yang diatas ekspektasi.
Faktor lain, lanjut Roby, adalah penguatan rupiah. Sejak 30 Januari, nilai tukar mata uang merah putih sudah turun 1,02% dari Rp 14.125 per dolar AS hingga siang ini Rp 13.980 per dolar AS.
Penguatan tersebut terjadi secara cepat dan hanya memakan waktu 6 hari perdagangan.
Yield Wajar IBPA Seri Acuan 15 tahun
Tanggal | Yield (%) |
6-Feb-19 | 7.92 |
4-Feb-19 | 8.13 |
1-Feb-19 | 8.16 |
31-Jan-19 | 8.27 |
30-Jan-19 | 8.49 |
29-Jan-19 | 8.47 |
28-Jan-19 | 8.46 |
25-Jan-19 | 8.46 |
24-Jan-19 | 8.49 |
23-Jan-19 | 8.46 |
22-Jan-19 | 8.49 |
21-Jan-19 | 8.49 |
18-Jan-19 | 8.52 |
17-Jan-19 | 8.5 |
Pagi ini, pasar obligasi masih melanjutkan penguatan sekaligus melanjutkan reli harga yang masih terjadi sejak 31 Januari, seiring dengan kondusifnya iklim pasar investasi global dan domestik.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri 20 tahun dengan penurunan yield 7,1 basis poin (bps) menjadi 8,14%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga menguat, kecuali seri 5 tahun.
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 6 Feb 2019 (%) | Yield 7 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 6 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.685 | 7.689 | 0.40 | 7.5941 |
FR0078 | 10 tahun | 7.776 | 7.753 | -2.30 | 7.6742 |
FR0068 | 15 tahun | 8.083 | 8.027 | -5.60 | 7.9208 |
FR0079 | 20 tahun | 8.217 | 8.146 | -7.10 | 8.0571 |
Avg movement | -3.65 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Most Popular