
Perkenalkan Rupiah, Sang Raja Mata Uang Dunia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 February 2019 13:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengawali 2019 dengan sangat impresif. Mata uang Tanah Air menguat tajam di hadapan dolar AS, dan hampir seluruh mata uang utama dunia.
Pada Rabu (6/2/2019) pukul 13:26 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.885. Rupiah menguat 0,47% dibandingkan posisi sebelum libur Tahun Baru Imlek.
Sejak awal tahun, rupiah sudah menguat 3,41% di hadapan dolar AS. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nasib rupiah jauh lebih baik karena kala itu rupiah hanya menguat 0,11%.
Ternyata tidak hanya dolar AS yang dibabat. Penguatan rupiah tersebar dari Asia, Eropa, hingga Amerika Latin. Bahkan penguatan rupiah cukup signifikan.
Berikut perkembangan kurs sejumlah mata uang utama dunia terhadap rupiah sejak awal tahun:
Jadi, boleh dibilang bahwa rupiah sudah menjelma menjadi raja mata uang dunia. Gelar yang tahu lalu dipegang oleh dolar AS, siapa sangka kini disandang oleh rupiah.
Luar biasa...
Di hadapan dolar AS, rupiah melemah hingga 5,97% sepanjang 2018. Depresiasi rupiah menjadi yang terparah kedua di Asia, hanya unggul dari rupee India.
Pelemahan yang tajam pada 2018 semakin membuka peluang rupiah untuk mengalami technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' menjadi menarik untuk dikoleksi.
Apalagi ada faktor kedua, yaitu prospek membaiknya transaksi berjalan (current account) Indonesia. Hal ini tidak lepas dari penurunan harga minyak.
Pada pukul 13:36 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,05% sementara light sweet melemah 0,02%. Dibandingkan posisi setahun lalu, harga brent anjlok 5,24% dan light sweet amblas 13,16%.
Penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Sebab, Indonesia bisa menghemat devisa yang dipakai untuk mengimpor komoditas ini karena harganya kini lebih murah.
Artinya, neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan terbantu. Fundamental penyokong rupiah menjadi lebih kuat sehingga ruang apresiasi menjadi terbuka. Investor pun akan lebih senang mengoleksi rupiah, karena ada harapan nilainya bakal menguat.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV-2018 masih di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal I-2019, defisitnya diperkirakan mengecil menjadi di bawah 3% PDB.
Setidaknya dua faktor itu membuat rupiah mampu berbicara banyak di tingkat global. Indonesia patut berbangga, karena kini rupiah boleh mendapuk dirinya sebagai raja mata uang dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Kian Perkasa, Begini Analisis Penguatannya
Pada Rabu (6/2/2019) pukul 13:26 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.885. Rupiah menguat 0,47% dibandingkan posisi sebelum libur Tahun Baru Imlek.
Sejak awal tahun, rupiah sudah menguat 3,41% di hadapan dolar AS. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nasib rupiah jauh lebih baik karena kala itu rupiah hanya menguat 0,11%.
Ternyata tidak hanya dolar AS yang dibabat. Penguatan rupiah tersebar dari Asia, Eropa, hingga Amerika Latin. Bahkan penguatan rupiah cukup signifikan.
Berikut perkembangan kurs sejumlah mata uang utama dunia terhadap rupiah sejak awal tahun:
Jadi, boleh dibilang bahwa rupiah sudah menjelma menjadi raja mata uang dunia. Gelar yang tahu lalu dipegang oleh dolar AS, siapa sangka kini disandang oleh rupiah.
Luar biasa...
(BERSAMBUNG KE HALAMAN 2)
Ada beberapa penyebab yang membuat rupiah begitu perkasa di dunia, tidak tertandingi oleh berbagai mata uang negara lain. Pertama adalah rupiah memang sudah melemah lumayan tajam tahun lalu. Di hadapan dolar AS, rupiah melemah hingga 5,97% sepanjang 2018. Depresiasi rupiah menjadi yang terparah kedua di Asia, hanya unggul dari rupee India.
Pelemahan yang tajam pada 2018 semakin membuka peluang rupiah untuk mengalami technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' menjadi menarik untuk dikoleksi.
Apalagi ada faktor kedua, yaitu prospek membaiknya transaksi berjalan (current account) Indonesia. Hal ini tidak lepas dari penurunan harga minyak.
Pada pukul 13:36 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,05% sementara light sweet melemah 0,02%. Dibandingkan posisi setahun lalu, harga brent anjlok 5,24% dan light sweet amblas 13,16%.
Penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Sebab, Indonesia bisa menghemat devisa yang dipakai untuk mengimpor komoditas ini karena harganya kini lebih murah.
Artinya, neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan terbantu. Fundamental penyokong rupiah menjadi lebih kuat sehingga ruang apresiasi menjadi terbuka. Investor pun akan lebih senang mengoleksi rupiah, karena ada harapan nilainya bakal menguat.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV-2018 masih di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal I-2019, defisitnya diperkirakan mengecil menjadi di bawah 3% PDB.
Setidaknya dua faktor itu membuat rupiah mampu berbicara banyak di tingkat global. Indonesia patut berbangga, karena kini rupiah boleh mendapuk dirinya sebagai raja mata uang dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Kian Perkasa, Begini Analisis Penguatannya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular