Kondisi Luar & Dalam Negeri Mendukung, IHSG Menguat Nyaris 1%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 February 2019 12:49
Kondisi Luar & Dalam Negeri Mendukung, IHSG Menguat Nyaris 1%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,34%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar penguatannya menjadi 0,95% per akhir sesi 1 ke level 6.543,12.

Pada perdagangan hari ini, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia diliburkan dan hanya bursa saham Jepang yang dibuka. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei menguat sebesar 0,28%.

Sentimen dari luar dan dalam negeri memang mendukung bagi bursa saham tanah air. Dari sisi eksternal, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada tanggal 27-28 Februari mendatang. Konfirmasi ini diberikan Trump kala memberikan pidato State of the Union di hadapan Kongres.

Selepas pertemuan Trump dan Kim pada tahun lalu, hubungan AS dan Korea Utara bisa dibilang pasang surut. Korea Utara beberapa kali mengeluarkan pernyataan keras, menyatakan keenganannya dalam melakukan denuklirisasi tanpa adanya timbal balik yang diberikan AS.

Kini, pelaku pasar kembali optimistis bahwa perdamaian di semenanjung Korea Utara bisa dicapai. Satu risiko besar yang menghantui pasar keuangan dunia yakni perang antara AS dan Korea Utara menjadi bisa diredam, setidaknya untuk saat ini.

Dari dalam negeri, sentimen positif bagi IHSG datang dari rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sejam menjelang akhir sesi 1, BPS mengumumkan perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,18% YoY pada kuartal-IV 2018, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang sebesar 5,12% YoY. Lantas, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2018 adalah 5,17%, juga di atas ekspektasi yang sebesar 5,15%.

Terlepas dari tekanan terhadap rupiah yang begitu besar sepanjang tahun lalu, laju perekonomian Indonesia ternyata bisa dijaga di level yang relatif tinggi. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017 tercatat hanya sebesar 5,07%. Sepanjang tahun 2018, rupiah melemah hingga 7,3% melawan dolar AS di pasar spot.

Dengan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang relatif tinggi, ada harapan bahwa momentum tersebut bisa dibawa ke tahun 2019. Apalagi sepanjang 2019, laju rupiah terbilang oke. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 3,41% melawan dolar AS di pasar spot.
Sektor jasa keuangan (+0,63%) menjadi salah satu sektor utama penopang laju IHSG. Apresiasi sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,04%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,1%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 0,87%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,51%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,45%.

Pertumbuhan ekonomi yang kuat berpotensi membawa berkah bagi bank selaku lembaga intermediasi keuangan, lantaran besar kemungkinan bahwa permintaan kredit akan terkerek naik.

Di sisi lain, ada harapan bahwa profitabilitas dari bank-bank buku 4 bisa dijaga. Dalam dunia perbankan, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) sering dijadikan ukuran untuk profitabilitas. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.

Sepanjang tahun 2018, kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) telah menyebabkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) dari bank-bank BUKU 4 menipis.

Pada tahun ini, ada ekspektasi bahwa BI tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, seiring dengan sikap dari The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang semakin dovish saja setiap harinya.

Sudah penyaluran kredit berpotensi membludak, profitabilitas bisa dijaga pula. Wajar jika investor gencar memburu saham-saham bank BUKU 4. Hingga siang hari, rupiah membukukan penguatan sebesar 0,47% di pasar spot ke level Rp 13.885/dolar AS. Kinclongnya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia direspons positif oleh rupiah.

Penguatan rupiah terbukti ampuh dalam menarik kembali aliran modal investor asing ke pasar saham tanah air. Pada perdagangan hari Senin (4/2/2019), investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 517,88 miliar. Per akhir sesi 1 perdagangan hari ini, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 139,84 miliar.

5 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 52,3 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 48,7 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 41,8 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 19 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 17,4 miliar). Penguatan yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terbaca sejak dibuka menguat 0,34%. Kemudian bergerak semakin menguat diiringi dengan volume transaksi yang cukup besar pada akhir sesi satu senilai Rp 5,03 triliun.

Secara teknikal, IHSG masih pada jalur tren kenaikan (uptrend). Secara pergerakan IHSG masih pada posisi cenderung menguat, yang tercermin dari posisinya saat ini yang bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
Kondisi Luar & Dalam Negeri Mendukung, IHSG Menguat Nyaris 1%Foto: Teknikal IHSG (Refinitiv)
Secara pola grafik, IHSG membentuk pola bullish harami. Meskipun tingkat kekuatannya sedang, namun menandakan adanya potensi penguatan. Pada sesi II, IHSG berpotensi kembali bergerak di zona hijau dengan perkiraan rentang level 6.525-6.575.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular