
Internasional
Konsumsi Lesu, Bank Sentral Australia Tahan Bunga Acuan
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
05 February 2019 16:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Australia mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 1,5%, Selasa (5/2/2019). Seiring dengan itu, Reserve Bank Australia (RBA) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan global karena berdasarkan data lokal, konsumen tidak banyak melakukan pembelian selama Natal 2018.
Menyusul pernyataan Bank Sentral Australia tersebut dolar Australia (AUD) langsung melonjak. Pasalnya, suku bunga acuan yang dipertahankan mengirim sinyal dovish. Gubernur RBA Philip Lowe menyatakan ketidakpastian masih akan menyelimuti proyeksi ekonomi tahun ini.
"Seperti halnya secara global, beberapa risiko penurunan telah meningkat (untuk ekonomi Australia)," kata Lowe usai pertemuan.
"Ketidakpastian domestik tetap [disebabkan] oleh outlook belanja rumah tangga dan efek dari penurunan harga rumah di beberapa kota," lanjutnya, dilansir dari CNBC International.
Setelah memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 1,5%, selanjutnya investor akan mendapat petunjuk lebih dari RBA melalui pidato yang akan dilakukan Lowe pada Rabu (6/2/2019). Setelah itu, dua hari berikutnya Bank Sentral juga akan memaparkan outlook ekonomi triwulanan.
Sebelumnya, gubernur RBA itu memang mengatakan kenaikan inflasi akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya, tetapi tetap sesuai prediksi sebelumnya di mana tingkat pengangguran turun menjadi 4,75% selama beberapa tahun ke depan.
Lowe menambahkan, pasar tenaga kerja saat ini lebih kuat dan menyebabkan kenaikan pertumbuhan upah.
Belanja rumah tangga dan efek dari turunnya harga properti merupakan sumber ketidakpastian utama bagi perekonomian Australia. Data resmi pada hari sebelumnya menunjukkan penjualan ritel pada Desember turun 0,4%. Ini merupakan hasil bulanan terburuk dalam setahun.
Pengeluaran konsumen berada di bawah tekanan karena rekor utang rumah tangga yang tinggi dan pertumbuhan upah yang lamban. Ini menjadi salah satu alasan beberapa investor percaya bahwa RBA dapat mempertimbangkan pemotongan suku bunga.
Ekonomi Australia melambat 2,8% dari yang diperkirakan pada kuartal ketiga di mana konsumsi swasta menjadi salah satu hambatan terbesar. Sementara data Desember baru akan rilis pada awal Maret.
Simak video mengenai tantangan investasi Indonesia berikut ini.
(prm) Next Article Bos Bank Sentral Kaget Dolar Australia Rontok karena China
Menyusul pernyataan Bank Sentral Australia tersebut dolar Australia (AUD) langsung melonjak. Pasalnya, suku bunga acuan yang dipertahankan mengirim sinyal dovish. Gubernur RBA Philip Lowe menyatakan ketidakpastian masih akan menyelimuti proyeksi ekonomi tahun ini.
"Seperti halnya secara global, beberapa risiko penurunan telah meningkat (untuk ekonomi Australia)," kata Lowe usai pertemuan.
Setelah memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 1,5%, selanjutnya investor akan mendapat petunjuk lebih dari RBA melalui pidato yang akan dilakukan Lowe pada Rabu (6/2/2019). Setelah itu, dua hari berikutnya Bank Sentral juga akan memaparkan outlook ekonomi triwulanan.
![]() |
Sebelumnya, gubernur RBA itu memang mengatakan kenaikan inflasi akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya, tetapi tetap sesuai prediksi sebelumnya di mana tingkat pengangguran turun menjadi 4,75% selama beberapa tahun ke depan.
Lowe menambahkan, pasar tenaga kerja saat ini lebih kuat dan menyebabkan kenaikan pertumbuhan upah.
Belanja rumah tangga dan efek dari turunnya harga properti merupakan sumber ketidakpastian utama bagi perekonomian Australia. Data resmi pada hari sebelumnya menunjukkan penjualan ritel pada Desember turun 0,4%. Ini merupakan hasil bulanan terburuk dalam setahun.
Pengeluaran konsumen berada di bawah tekanan karena rekor utang rumah tangga yang tinggi dan pertumbuhan upah yang lamban. Ini menjadi salah satu alasan beberapa investor percaya bahwa RBA dapat mempertimbangkan pemotongan suku bunga.
Ekonomi Australia melambat 2,8% dari yang diperkirakan pada kuartal ketiga di mana konsumsi swasta menjadi salah satu hambatan terbesar. Sementara data Desember baru akan rilis pada awal Maret.
Simak video mengenai tantangan investasi Indonesia berikut ini.
(prm) Next Article Bos Bank Sentral Kaget Dolar Australia Rontok karena China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular