Begini Jihad BI Menahan Rupiah Tak Tembus Rp 14.000/US$

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
05 February 2019 11:31
Dalam sepekan, BI berjuang mati-matian agar rupiah tak tembus level Rp 14.000 per US$
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia- Bank Indonesia (BI) harus bekerja keras untuk menahan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, setelah dalam beberapa hari terakhir menguat sendirian di antara mata uang negara kawasan.

Selama sepekan, rupiah terapresiasi cukup signifikkan 1,03% secara point to point. Kala penutupan pasar spot akhir pekan lalu, US$ 1 dibanderol rp 13.935, di mana rupiah menyentuh titik terkuat sejak 19 Juni 2018.



Mata uang Garuda yang sudah lama bertahan di level kisaran Rp 14.000/US$, akhirnya didorong menyentuh titik psikologis baru. Meredanya sentimen global, menjadi salah satu alasan utama.

Namun, rupiah kembali diuji. Reaksi pelaku pasar dalam merespons data ekonomi negeri Paman Sam membuat aliran modal asing berlomba-lomba kembali ke AS.

Bank sentral pun dibuat bekerja extra untuk menahan pelemahan rupiah terlalu dalam, setidaknya tak kembali menembus level Rp 14.000/US$. Simak selengkapnya.

 Alasan Rupiah Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan pasar spot, Senin (4/2/2019).

Kemarin US$ 1 setara dengan Rp 13.950 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu. 

"Hari ini seluruh mata uang Asia tertekan merespons rilis data sektor tenaga kerja AS yang lebih baik dari perkiraan pasar," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, 

Nanang menjelaskan, pelemahan rupiah merespons data tenaga kerja negeri Paman Sam yang menunjukkan perbaikan. Data serapan tenaga jerja non pertanian AS Januari meningkat ke 304.000.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari proyeksi para pelaku pasar yaitu 165.000. Namun, data tersebut bukan satu-satunya yang membuat rupiah melemah sepanjang hari ini.

Pelemahan rupiah juga merespons data ISM Manufacturing Januari 2019 yang meningkat ke level 56.6 dari level 54.1 pada bulan lalu, atau lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 54.

"Keluarnya kedua data ekonomi tersebut menyebabkan dolar menguat terhadap seluruh mata uang," jelas Nanang.

"Namun, kami melihatnya ini sebagai respons sesaat pasar, karena sebagaimana asesmen the Fed yang saat ini cenderung dovish, melihat ekonomi AS akan terus melambat," tegasnya.

Kerja Keras BI
Sejak pagi hingga siang, gerak rupiah tertahan penguatan dolar AS. Bahkan, mata uang Garuda sempat berada di dasar klasemen mata uang negara kawasan. 

Pada sore hari, pelemahan rupiah pun menipis dan keluar dari zona bawah. Ketika mata uang lain terdepresiasi cukup dalam, rupiah pun berhasil keluar dari keperkasaan dolar AS.

Hal ini tak lepas dari peran bank sentral yang senantiasa berada di pasar, untuk menjaga rupiah. Jika bukan karena eksekusi bank sentral, bukan tak mungkin rupiah makin terdampar.

"BI berada di pasar untuk memastikan rupiah tidak melemah tajam dan berhasil mencegah kurs Rupiah tidak tembus lagi ke atas 14.000," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah, Senin (4/2/2019). 

Menurut Nanang, pelemahan rupiah didorong oleh reaksi pelaku pasar yang merespons data ketenagakerjaan dan manufaktur AS. Namun, kondisi ini hanya bersifat sementara.

"Kami melihatnya ini sebagai respon sesaat pasar, karena sebagaimana asesmen the Fed yang saat ini cenderung dovish, melihat ekonomi AS akan terus melambat," tegas Nanang.

"Dampak perang dagang sudah mulai dirasakan di berbagai sektor ekonomi di AS. Apabila ekonomi Eropa dan China kehilangan tenaga, tidak mungkin ekonomi AS akan sesolid sebagaimana perkiraan semula,"

"Sehingga dengan stance the Fed yang dovish seharusnya dalam jangka menengah tidak lagi menjadi penopang dollar AS untuk terus menguat," katanya.


(gus) Next Article BI : Kami akan Terus Ada di Market Untuk Jaga Rupiah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular