9 dari 10 Saham Kapitalisasi Terbesar Babak Belur Hari Ini

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
04 February 2019 17:15
Asing melepas kepemilikan saham-saham besar Indonesia setelah mengetahui data tenaga kerja Amerika Serikat jauh lebih baik.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 9 dari 10 saham dengan berkapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) rontok pada perdagangan hari ini, Senin (4/2/2019).

Investor asing melepas kepemilikan saham-saham berkapitalisasi besar (market cap) Indonesia setelah mengetahui data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) jauh lebih baik, dan memberikan sinyal ekonomi di negara Paman Sam tersebut akan pulih.

Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), pemilik kapitalisasi saham terbesar (Rp 678 triliun), pada perdagangan hari ini terkoreksi 2,4%. Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,51%, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) anjlok 2,12%, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) merosot 2,33%.

Demikian pula saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang terjerembab 2,2%, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang jatuh hingga 3,29% dan saham PT Astra International Tbk (ASII) yang tegelincir 2,96%.

Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok 1,35% dan saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 2,41%. Hanya saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang tercatat menguat pada perdagangan hari ini sebesar 2,91%.
Kejatuhan harga saham berkapitalisasi besar hari ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri hari dengan pelemahan sebesar 0,88% ke level 6.481,45. Padahal, IHSG dibuka menguat 0,03% dan sempat menguat hingga 0,27%.

Kuatnya data tenaga kerja AS yang sempat memantik aksi beli di pasar saham tanah air pada akhirnya justru menjadi bumerang.

Pada akhir pekan lalu, Jumat (1/2/2019), data penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian di AS untuk periode Januari 2019 diumumkan yakni sebanyak 304.000, jauh mengungguli ekspektasi yang sebanyak 165.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Terlepas dari partial government shutdown yang melanda sepanjang bulan lalu, ternyata optimisme pelaku usaha tetap tinggi, dibuktikan oleh pesatnya penciptaan lapangan kerja.

Lantas, timbul persepsi bahwa The Federal Reserve selaku Bank Sentral AS masih akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 3 Februari 2019, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1 kali (25 bps) pada tahun ini adalah sebesar 4,2%. Ini membuat saham-saham perbankan lainnya mengalami tekanan yang cukup dalam.

Data tenaga kerja tersebut menunjukkan ekonomi AS masih tetap kuat. Sentimen ini membuat dana investor pun kembali mengalir ke pasar keuangan AS. Hasil lainnya, semua kurs mata uang dunia melemah terhadap dolar AS.
(hps/tas) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular