
Ekonomi AS Bergairah, Harga Emas Kembali Merosot
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
04 February 2019 09:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi hari ini (4/2/2019), harga emas dunia melanjutkan pelemahan yang terjadi sejak penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Hingga pukul 09:10 WIB, harga emas kontrak April di pasar COMEX melemah 0,2% ke posisi US$ 1.319,5/troy ounce, setelah sebelumnya juga ditutup melemah 0,23% pada perdagangan akhir pekan kemarin.
Selama sepekan, harga emas tercatat naik 1,26% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga logam mulia ini sudah terangkat 2,98%.
Harga emas kembali mendapat tekanan dari beberapa sentimen yang muncul pada akhir pekan lalu.
Rilis data jumlah pembayaran upah untuk pekerjaan selain pertanian (nonfarm payroll) pada bulan Januari melonjak hingga 304.000, jauh dari prediksi konsensus Reuters yang hanya 165.000. Selain itu, lonjakan ini merupakan yang terbesar sejak Februari 2018.
Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian di AS kembali memanas pasca disetujuinya anggaran pemerintah yang sempat tersendat. Walaupun hanya untuk 3 minggu.
Tak heran tingginya jumlah pembayaran upah ini membuat index S&P meroket hingga mendekati titik tertingginya dalam 8 bulan. Artinya investor kembali bergairah untuk berinvestasi di instrumen berisiko, dan emas pun kehilangan daya tarik.
Selain itu minggu lalu The Fed juga kembali mengeluarkan pernyataan yang semakin lunak (dovish) pasca rapat bulanan komite pengambil kebijakan (FOMC).
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Hingga pukul 09:10 WIB, harga emas kontrak April di pasar COMEX melemah 0,2% ke posisi US$ 1.319,5/troy ounce, setelah sebelumnya juga ditutup melemah 0,23% pada perdagangan akhir pekan kemarin.
Selama sepekan, harga emas tercatat naik 1,26% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga logam mulia ini sudah terangkat 2,98%.
Harga emas kembali mendapat tekanan dari beberapa sentimen yang muncul pada akhir pekan lalu.
Rilis data jumlah pembayaran upah untuk pekerjaan selain pertanian (nonfarm payroll) pada bulan Januari melonjak hingga 304.000, jauh dari prediksi konsensus Reuters yang hanya 165.000. Selain itu, lonjakan ini merupakan yang terbesar sejak Februari 2018.
Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian di AS kembali memanas pasca disetujuinya anggaran pemerintah yang sempat tersendat. Walaupun hanya untuk 3 minggu.
Tak heran tingginya jumlah pembayaran upah ini membuat index S&P meroket hingga mendekati titik tertingginya dalam 8 bulan. Artinya investor kembali bergairah untuk berinvestasi di instrumen berisiko, dan emas pun kehilangan daya tarik.
Selain itu minggu lalu The Fed juga kembali mengeluarkan pernyataan yang semakin lunak (dovish) pasca rapat bulanan komite pengambil kebijakan (FOMC).
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular