
Simak 6 Sentimen yang akan Memengaruhi Pasar Pekan Depan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 February 2019 20:00

Pekan depan, akan banyak data ekonomi makro Indonesia yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar.
Pertama, Rabu, 6 Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal IV-2018.
Konsensus yang dihimpun Reuters memprediksi pertumbuhan PDB 2018 secara tahunan (yoy) masih akan terus tumbuh dengan median 5,15%, yang artinya meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,07%.
Namun, PDB pada kuartal IV-2018 diprediksi akan turun sebesar 1,75% dibanding kuartal sebelumnya. Memang pada kuartal IV, PDB Indonesia cenderung turun dibandingkan kuartal-III. Namun kali ini prediksi kontraksinya lebih dalam, di mana pada kuartal IV-2017 hanya terkontraksi sebesar 1,70%.
Data pertumbuhan PDB Indonesia dapat menjadi gambaran daya tahan perekonomian terhadap gejolak perlambatan ekonomi dunia yang terjadi sepanjang tahun 2018. Bila pertumbuhan PDB bisa terus meningkat di tengah gonjang-ganjing ekonomi dunia, maka menandakan bahwa ketahanan perekonomian Indonesia terhadap faktor eksternal masih kuat.
Kedua, pada Kamis, 7 Fabruari 2019, Bank Indonesia (BI) akan kembali merilis data cadangan devisa (cadev) RI periode Januari 2019. Posisi terakhir cadangan devisa adalah sebesar US$ 120,7 miliar pada Desember 2018. Dalam 3 bulan terakhir (Oktober-Desember) cadev RI memang selalu naik.
Sebagai informasi, pada periode Januari, nilai rupiah terapresiasi sebesar 3,06%. Bila rupiah dalam keadaan yang baik, seharusnya BI tidak perlu menghambur-hambur cadev untuk membantu stabilitas rupiah.
Bila cadev terus meningkat, yang mengindikasikan perekonomian terus membaik, maka rupiah punya banyak sokongan untuk menahan serangan dari luar.
Ketiga dan tak kalah penting, pada hari Jumat, 8 Februari 2019, BI juga akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV-2018 yang berisi data transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial. Pada kuartal sebelumnya, transaksi berjalan cukup tekor dengan nilai defisit (CAD) sebesar US$ 8,8 miliar atau setara dengan 3,37% dari PDB.
Menurut BI, melonjaknya nilai CAD pada kuartal III-2018 utamanya disebabkan oleh membengkaknya defisit perdagangan di sektor migas. Memang pada periode tersebut harga minyak sedang tinggi-tingginya. Meningkatnya harga minyak memang menjadi momok yang bisa menyebabkan transaksi berjalan jebol. Pasalnya, Indonesia merupakan negara net importir minyak.
Pada kuartal IV-2018, harga minyak terjun bebas hingga menyentuh titik terendahnya pada akhir tahun 2018. Tercatat pada periode Oktober-Desember 2018 harga minyak amblas sebesar 38%. Dengan kondisi yang sedemikian rupa, seharusnya harga minyak tidak bisa kembali dijadikan alasan bila CAD kembali menggelembung di atas 3% dari GDP (taa/taa)
Pertama, Rabu, 6 Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal IV-2018.
Konsensus yang dihimpun Reuters memprediksi pertumbuhan PDB 2018 secara tahunan (yoy) masih akan terus tumbuh dengan median 5,15%, yang artinya meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,07%.
Data pertumbuhan PDB Indonesia dapat menjadi gambaran daya tahan perekonomian terhadap gejolak perlambatan ekonomi dunia yang terjadi sepanjang tahun 2018. Bila pertumbuhan PDB bisa terus meningkat di tengah gonjang-ganjing ekonomi dunia, maka menandakan bahwa ketahanan perekonomian Indonesia terhadap faktor eksternal masih kuat.
Kedua, pada Kamis, 7 Fabruari 2019, Bank Indonesia (BI) akan kembali merilis data cadangan devisa (cadev) RI periode Januari 2019. Posisi terakhir cadangan devisa adalah sebesar US$ 120,7 miliar pada Desember 2018. Dalam 3 bulan terakhir (Oktober-Desember) cadev RI memang selalu naik.
Sebagai informasi, pada periode Januari, nilai rupiah terapresiasi sebesar 3,06%. Bila rupiah dalam keadaan yang baik, seharusnya BI tidak perlu menghambur-hambur cadev untuk membantu stabilitas rupiah.
Bila cadev terus meningkat, yang mengindikasikan perekonomian terus membaik, maka rupiah punya banyak sokongan untuk menahan serangan dari luar.
Ketiga dan tak kalah penting, pada hari Jumat, 8 Februari 2019, BI juga akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV-2018 yang berisi data transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial. Pada kuartal sebelumnya, transaksi berjalan cukup tekor dengan nilai defisit (CAD) sebesar US$ 8,8 miliar atau setara dengan 3,37% dari PDB.
Menurut BI, melonjaknya nilai CAD pada kuartal III-2018 utamanya disebabkan oleh membengkaknya defisit perdagangan di sektor migas. Memang pada periode tersebut harga minyak sedang tinggi-tingginya. Meningkatnya harga minyak memang menjadi momok yang bisa menyebabkan transaksi berjalan jebol. Pasalnya, Indonesia merupakan negara net importir minyak.
Pada kuartal IV-2018, harga minyak terjun bebas hingga menyentuh titik terendahnya pada akhir tahun 2018. Tercatat pada periode Oktober-Desember 2018 harga minyak amblas sebesar 38%. Dengan kondisi yang sedemikian rupa, seharusnya harga minyak tidak bisa kembali dijadikan alasan bila CAD kembali menggelembung di atas 3% dari GDP (taa/taa)
Next Page
Perkembangan Internasional
Pages
Most Popular