Perang Dagang Bisa Tereskalasi, Bursa Saham Asia Terkoreksi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 February 2019 18:36
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri hari di zona merah.
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri hari di zona merah: indeks Hang Seng turun 0,04%, indeks Straits Times turun 0,05%, dan indeks Kospi turun 0,06%.

Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat bursa saham Benua Kuning ditinggalkan investor.

Pada hari Rabu dan Kamis, AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi yang melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Lighthizer mengatakan bahwa kedua belah pihak mencapai perkembangan yang besar dalam isu-isu mendasar yakni perlindungan hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa. Perkembangan tersebut termasuk mekanisme verifikasi untuk memastikan bahwa China menjalankan segala komitmennya, seperti dilansir dari Reuters.

Namun, Executive Vice President and Head of International Affairs dari U.S. Chamber of Commerce Myron Brilliant mengatakan bahwa masih ada perbedaan-perbedaan yang signifikan di antara kedua belah pihak seiring dengan tidak adanya proposal baru dari China untuk memenuhi tuntutan AS.

Tuntutan AS yang dimaksud adalah supaya China mengakhiri transfer teknologi secara paksa, mengakhiri subsidi pemerintah untuk sektor industri, serta mengubah peraturan-peraturan yang mendiskriminasi perusahaan asal AS dalam hal digital trade.

Lantas, perang dagang menjadi mungkin untuk tereskalasi. Apalagi, Gedung Putih dalam sebuah pernyataan sudah menegaskan bahwa bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga tanggal 2 Maret.

Selain itu, rilis data ekonomi dari kawasan regional ikut memantik aksi jual di bursa saham. Pada hari ini, Manufacturing PMI China periode Januari 2019 versi Caixin diumumkan di level 48,3, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 49,5, seperti dilansir dari Trading Economics.

Sebagai informasi, angka di bawah 50 menandakan bahwa aktivitas manufaktur mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular